Obituari Paus Fransiskus
*Orang Bersahaja Itu Sudah Berpulang*
(Obituari Paus Fransiskus)
@pmsusbandono
22 April 2025
Setahun lalu, tersiar kabar bahwa Paus Fransiskus berencana untuk berkunjung ke Indonesia.
Terkejut, bangga, bercampur dengan harap-harap cemas menantikan kunjungan itu. Maklum, dikabarkan bahwa Paus Fransiskus saat itu sedang _“gering”._
Menunggu, meski hanya 5 bulan, apalagi untuk seseorang yang sudah sangat dinanti-nantikan, bukan sesuatu yang gampang. Masa seakan berjalan begitu lambat, sambil terus memantau keadaan kesehatan beliau waktu demi waktu.
Ketika terdengar kabar bahwa Paus Fransiskus sedang “tidak enak badan”, rasa was-was muncul. Tenggelam seiring dengan kondisi Paus Fransiskus yang membaik. Begitu yang dirasa, silih berganti.
Saat saya bertanya sambil memastikan kepada salah satu pejabat Gereja Katolik, apakah Paus Fransiskus jadi datang? Beliau menjawab cukup diplomatis.
“Benar, Paus berencana berkunjung ke Indonesia”
Sambil menekankan pada kata “berencana”.
Akhirnya penantian itu menjadi kenyataan.
Tanggal 3 September 2024, Paus mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, setelah terbang sekira 13 jam dari Rome Fiumicino Airport.
Keistimewaan pertama adalah, Paus Fransiskus, bersama 75 jurnalis, terbang menggunakan pesawat komersial ITA Airways. Sementara banyak pemimpin dunia yang alergi naik pesawat publik dan dengan “gagah-perkasa” memilih pesawat kepresidenan atau kerajaan, atau bahkan _"spot charter."_ Seakan Paus mengajarkan kepada mereka makna dari : “sudah selesai dengan dirinya”.
Paus seolah menunjukkan bagaimana membedakan antara “hak” plus “kemampuan” di satu sisi dengan “cara menjalani hidup”, di sisi yang lain.
Selama kunjungan di Jakarta yang sangat singkat, acara yang cukup padat menghadang beliau. Banyak pihak, mengkhawatirkan kondisi Sang Papal. Puji Tuhan, semua berlangsung lancar dan sukses.
Beruntung, saya sempat melihat langsung Paus Fransiskus sebanyak 2 kali. Pertama ketika di trotoar pinggir jalan di samping Gereja Katedral. Yang kedua saat misa kudus bersama 90 ribu umat Katolik dari seluruh Indonesia, di Gelora Bung Karno.
Senyum dan lambaian berkat Paus Fransiskus membuat saya lega. Akhirnya saya bertemu beliau di bumi Nusantara, meski dari jarak cukup jauh.
Temu mata kedua, relatif lebih dekat. Hanya 100-200 meter dari posisi Paus di mobil terbukanya. Saya memendam kesan yang sulit diucapkan. Di tengah gegap-gempita umat Katolik Indonesia menyambut pemimpinnya, saya diam-diam mengakui keistimewaan-keistimewaan beliau.
Keistimewaan kedua adalah aura ketulusan yang memancar dan saya tangkap dari pandangan dan senyumnya. Seperti disentuh oleh getaran, energi dan kharisma beliau, dan bercampur menjadi satu di dada saya.
Keistimewaan ketiga adalah kepemimpinannya. Beliau tidak memimpin dengan suara kerasnya, atau dengan gebrakan meja. Beliau merespon masukan dan kritik tidak dengan teriakan yang memekakkan. Justru ucapan lembut yang sering terdengar :
“Doakanlah saya”.
(Itu kalimat pertama yang diucapkan saat Paus Fransiskus dinobatkan menjadi Paus)
Ini adalah manifestasi dari kerendahan hati beliau.
Keistimewaan keempat adalah kesederhanaannya. Banyak (sekali) cerita tentang bagaimana Jorge Mario Bergoglio, sejak menjadi Imam, memilih cara hidup yang bersahaja. Silakan cari kisah-kisah beliau tentang ini di media sosial. Salah satu contoh ketika beliau memilih mobil dengan merek yang biasa-biasa saja untuk dipakai selama kunjungannya di Indonesia.
Merek mobil ini, termasuk menengah, tetapi langsung mencuat naik saat usai digunakan Paus. Jangan bandingkan dengan merek mobil di lahan parkir di kantor-kantor pemerintahan di Jakarta.
Keistimewaan kelima adalah sikap beliau sebagai seorang (yang benar-benar) Pastor. Dalam hal ini, berarti “Gembala umat”. Paus Fransiskus memimpin dengan cara melayani umatnya.
Masih banyak (sekali) keistimewaan lain yang tak mungkin saya tulis dalam lembar ini. Tapi, kelima contoh di atas pantas direnungkan oleh seluruh bangsa Indonesia pada umumnya dan umat Katolik khususnya. Juga bagi pemimpin dunia dan pemimpin bangsa Indonesia. Keteladanan Paus Fransiskus terlihat sangat jelas. Tinggal niat saja, apakah mau mengikutinya atau tidak.
_“Verba docent, Exempla trahunt”_ (Kata-kata mengajar, keteladanan mempesona dan mengikat) – Peribahasa Latin.
*"Selamat Jalan Paus Fransiskus dalam pulang menuju ke rumah Bapa"*
Komentar