Postingan

Menampilkan postingan dengan label revolusi harmoni

Hot Topic

Mengawal kemenangan suara rakyat

Gambar
Di tengah penolakan hasil quick count yang kredibel atas kemenangan Jokowi JK dari kubu Prabowo Hatta, sangat wajar bila hasil pencoblosan pada pilpres 9 Juli 2014 memang sangat wajar untuk dikawal sampai dihitung resmi olah KPU.  Jokowi JK menuju kemenangan. Image: indonesia-baru.liputan6.com Berdasarkan hasil hitung cepat (Quick Count) yang menjalankan penghitungan cepat berdasarkan integritas dan kredibilitas yang baik, dan sesuai standar ilmiah ternyata menunjukkan kemenangan untuk pasangan capres cawapres Jokowi JK.  Di hadapan ribuan pendukungnya Jokowi mengumumkan kemenangan Jokowi JK di Tugu Proklamasi, Jakarta, pada 9 Juli 2014 dengan menyebutkan hasil dari berbagai lembaga survey tersebut. Jokowi juga mengucapkan banyak terimakasih kepada para relawan, kader, dan simpatisan. Jokowi pun menyatakan bahwa kemenganan pada pencoblosan pilpres 2014 ini sebagai kemenangan seluruh rakyat Indonesia, bahkan Jokowi juga memuji media dan SBY yang telah mengawal pilpres 2014 ini d

Kampanye Kreatif vs kampanye hitam

Gambar
Megawati bersama Jokowi, JK, Surya Paloh dan Cak Imin. Image: tribunnews.com Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Sukartno Putri, Presiden RI ke 5 sangat prihatin dengan kampanye hitam. Menurut Megawati, kampanye hitam yang marak selama pilpres 2014 dianggap tidak mendidik masyarakat. Pendapat Megawati memang benar, seharusnya kampanye bisa dibuat lebih kreatif, menghibur dan memberikan kegembiraan politik (meminjam istilah Jokowi), bukan menakutkan.  Tabloid Obor Rakyat yang menurut Dewan Pers, isi tabloid itu ditulis dan dicetak tanpa mengikuti kaidah dan kode etik jurnalistik, apalagi telah mencantumkan alamat palsu (seperti lagu Ayu Tingting) benar-benar diedarkan secara sistematis ke berbagai pesantren dan mesjid. Obor Rakyat berisi konten tentang kampanye hitam yang menyudutkan capres nomor urut 2, Joko Widodo atau Jokowi.    Ahmad Dhani dan pimpinan pasukan rahasia Nazi "SS", Heinrich Himmler.  Image: news.detik.com Ternyata isi tulisan tersebut tanpa

Indonesia Keren