Memahami hubungan kecerdasan dan intelektual seseorang dari responnya terhadap humor
Orang jenius, cerdas, pintar dan punya intelektual tinggi biasanya tampak serius di mata orang lain. Di antara manusia yang punya intelegensia tinggi itu ada pula yang nyentrik dalam bersikap, berpakaian dan punya kebiasaan unik, yang menurut orang lain dipandang aneh.
Begitu pula cara pandang seseorang terhadap humor yang mereka baca, saksikan, dengar dan simak dari suatu peristiwa atau pertunjukan di televisi atau media sosial. Ternyata ada pula hasil penelitian bahwa jiwa humor yang dimiliki seseorang menunjukkan tingkat intelektual seseorang.
Sebuah jokes tidak selalu mampu membuat semua orang tertawa. Respon seseorang terhadap lawakan memang tidak sama. Ada yang langsung tertawa, tersenyum, namun banyak pula yang sangat lambat merespon dan menyadari bahwa apa yang dilakukan atau diucapkan orang yang sedang menyampaikan sebuah pidato, lawakan, jokes atau humor itu adalah sebenarnya memang lucu adanya.
Memang tidak harus tertawa terhadap sebuah tayangan, kartun lucu, cerita lucu, video, gambar, poster yang bernada humor, satire dan sebagainya. Kadangkala karena pandangan politik atau ideologi, maka orang tersebut menganggap bahwa apa yang dilihatnya tidak lucu. Biasanya mereka takut kalau sikap politik atau ideologi yang jadi keyakinannya akan luntur.
Humor dalam format tertentu banyak yang isinya dalam kalau dicermati dengan kecerdasan atau intelektual yang cukup. Di dalam humor tersebut mungkin sedang menyindir seorang artis, tokoh politik, kondisi sosial dan politik. Mungkin juga sedang menyindir sebuah peristiwa yang sedang aktual di tengah masyarakat.
Ketika masih banyak orang membaca koran dan majalah, maka di salah satu halaman majalah dan koran itu biasanya terselip kartun. Tidak semua orang akan tertawa melihat kartun tersebut. Yang memahami mungkin cukup tersenyum saja sambil manggut-manggut, namun ada juga yang tertawa sambil merasakan bahwa kartun tersebut telah berhasil membuatnya semakin mengerti tentang apa yang dimaksud oleh si pembuat kartun.
Di era media sosial ini format yang popular digunakan adalah meme, foto, tulisan pendek, dan video. Begitulah ekspresi disampaikan di era digital. Terbukti bahwa respon setiap orang berbeda-beda. Namun selalu akan dibuktikan bahwa intelektual atau kecerdasan seseorang bisa dinilai dari reaksi dan responsnya terhadap humor.
Ada yang bersikap diam, kesal atau marah. Orang yang cerdas tidak akan mudah marah dan tersinggung atau sok merasa lebih pintar.
Namun itulah yang terjadi di dunia nyata. Dalam pergaulan biasa dan tingkat tinggi ternyata humor merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pesan, sindiran dan tujuan yang ingin dicapai. Perbincangan serius para pebisnis, ilmuwan, politisi, bahkan di kalangan pemuka agama dan banyak komunitas lain - humor atau jokes sudah menjadi bagian dari upaya untuk memecahkan kecanggungan dan suasana kaku yang sering terjadi. Istilah kerennya harus ada ice breaking. Pemimpin bisnis atau politik yang baik dan cerdas pasti akan menyelipkan humor sesekali di tengah percakapan dan pidatonya.
Jika suatu hari anda sedang menyampaikan sebuah lelucon dalam format apapun, dan tidak semua orang merespon dengan baik, maka tidak perlu kecewa. Mungkin karena tingkat intelektual belum mirip dengan Presiden Jokowi atau Barack Obama, yang bukan saja bijak dalam menjalankan pemerintahan, melainkan juga karena punya selera humor yang baik.
Komentar