Alasan Negara-negara di Timur Tengah Bersahabat Dengan Israel
Sudut pandang politik negara-negara di dunia ketika memandang Israel dalam hubungan internasional memang tidak selalu sama. Menurut para pengamat politik dan elite partai di Indonesia sering mengatakan bahwa politik itu sangat dinamis dan cair. Ternyata pendapat tersebut berlaku pula di jazirah Arab atau di Timur Tengah dan sekitarnya. Sudah banyak negara di kawasan ini yang menjalin persahabatan atau hubungan diplomatik dengan Israel.
Menurut catatan bbc.com (11/12/2020) Maroko merupakan negara ke-empat di kawasan Arab yang secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Israel pada menjelang berakhirnya tahun 2020. Sebelum itu, pada Agustus 2020 Uni Emirat Arab (UEA) telah membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Setelah itu Sudan dan Bahrain juga mengambil keputusan yang sama.
Kesepakatan damai antara Israel dan dijalinnya hubungan diplomatik dengan banyak negara di Jazirah Arab memang sangat fenomenal dan bersejarah karena negara-negara di Timur Tengah yang tergabung di Liga Arab sebelum ini menolak hubungan diplomatik dengan Israel dengan alasan untuk membela Palestina.
Sebagaimana dilaporkan CNNIndonesia.com (28/12/2020) bahwa dibukanya hubungan diplomatik tersebut merupakan normalisasi hubungan antara Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) dengan Israel menyusul perdamaian yang telah terlebih
dahulu dilakukan oleh Mesir, Turki, dan Yordania. Dalam sejarah dunia tercatat bahwa Israel sebelumnya sudah sepakat berdamai secara resmi dengan Turki pada 1950, lalu dengan Mesir pada 1979, kemudian dengan Kerajaan Yordania pada 1994.
Selain Yordania dan Mesir, Maroko menjadi negara terbaru di Timur Tengah yang mengakui kedaulatan Israel secara resmi. Dengan dibukanya hubungan diplomatik antara Moroko dan Israel kedua negara sepakat untuk membuka kantor Kedutaan Besar di ibukota negara masing-masing.
Banyak alasan dan kepentingan kenapa negara-negara di Timur Tengah berbondong-bondong mengikat kawat diplomatik dengan Israel. Sebagaimana dilansir Australian Strategic Policy Institute (ASPI) oleh kompas.com (16/12/2020), terungkap alasan di balik normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dengan Israel.
Menurut ASPI, salah satu di antara alasan Bahrain menyusul UEA adalah untuk membeli "jaminan" dari Israel dan AS terhadap Iran. Dengan keterlibatan militer AS pada setiap lini konflik Timur Tengah, kerajaan Teluk baik Uni Emirat Arab dan Bahrain semakin menganggap Israel sebagai pelindung mereka dari ancaman Iran.
Setelah mendengar berita normalisasi hubungan diplomatik tersebut, Mohammed bin Salman alias MBS, Putra Mahkota Arab Saudi, kemudian melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersamaan dengan Menlu AS Mike Pompeo di era pemerintahan Presiden Donald Trump.
Dalam pertemuan antara MBS dengan Benyamin Netanyahu, antara Kerajaan Arab Saudi dengan Israel disepakati hubungan berkelanjutan kedua negara soal Iran, bahwa baik Arab Saudi maupun Israel sama-sama menganggap Iran adalah ancaman utama bagi kedua negara.
Tidak heran jika akhirnya Arab Saudi berencana membeli Iron Dome, senjata anti rudal dan roket buatan Israel untuk menghadapi ancaman dari Iran. Keperkasaan Iron Dome ini telah dibuktikan pada 2014 dan terakhir pada perang antara Hamas dengan Israel baru-baru ini di tahun 2021.
Hubungan diplomatik antara Israel dengan negara-negara di Timur Tengah bukan saja dalam hal politik, melainkan juga terbukanya berbagai hubungan strategis yang penting seperti ekonomi, investasi, teknologi, kesehatan dan pariwisata. Wisatawan Israel semakin banyak yang mengunjungi Uni Emirat Arab.
Sementara itu Kerajaan Arab Saudi juga semakin gencar untuk mengembangkan kawasan wisata, yang bukan saja untuk menarik wisatawan Eropa dan Amerika, melainkan juga dari Israel.
Komentar