Hot Topic

Ambisi VS Impian. Untuk Siapa?

Dari orang yang biasa-biasa saja sampai orang yang beruntung lahir di keluarga kaya raya, keturunan pejabat atau keluarga ninggrat pasti punya ambisi serta impian. Mungkin dimulai dari sebuah cita-cita dan keahlian atau bisa juga sebuah tujuan tertentu bisa membuat seseorang ingin mewujudkan impian masing-masing. 

Impian akan memotivasi seseorang untuk bergerak. Ambisi akan menjadi mesin pendorongnya. Karena itulah dunia sering terpesona dengan para atlit, penyanyi, konglomerat, CEO, presiden atau perdana menteri yang kehadirannya di dunia karena sebuah perjuangan. Kadangkala ada faktor "sejarah" yang membuat takdir seseorang berubah drastis. 


Untuk mencapai puncak, apakah memilih tangga atau
melompatinya dengan segala cara? (willyaditya.com)

Manusia pun bersaing untuk merebut sebuah posisi dalam kehidupan nyata misalnya ingin naik pangkat, naik gaji dan nama besar di bidang seni dan politik. Kemampuan dan cara untuk mencapai sebuah posisi bisa dilakukan dengan cara tertentu. 

Setiap kali orang mengalami pasang surut bahkan "lelah hati" karena berjuang untuk mewujudkan cita-cita tidak selalu sesuai rencana. Orang yang memiliki impian kuat dan ambisi pasti tidak akan mudah menyerah. 

Dibutuhkan pula kesabaran untuk melalui rintangan yang biasanya tidak hanya satu penghalang. Untuk orang yang tidak sabar biasanya akan lebih mengandalkan ambisi besarnya. Tidak heran jika ada orang bijak yang mengatakan bahwa segala cara akan digunakan meskipun cara tersebut bertentangan dengan moral, adat istiadat, bahkan melanggar hukum pun sangat mungkin dilakukan. 

Di dunia politik ambisi seseorang untuk menggantikan pemimpin yang sedang berkuasa, apakah itu raja, ratu, perdana menteri atau presiden kadang kala dilakukan dengan cara di luar konstitusi. Faktor pendorong bisa saja ambisi pribadi atau ada sponsor beserta para pendukungnya. 

Mereka yang berada di belakang layar ini tidak puas dan merasa dirugikan oleh pemimpin yang kekuasaannya diraih sudah sesuai dengan undang-undang. Jika dia seorang raja/ratu di negara kerajaan, maka putera mahkota harus menunggu sampai sang raja meninggal dunia. Di negara yang menganut demokrasi parlementer atau presidential, maka ada masa jabatan yang harus ditunggu oleh tokoh yang ingin menggantikannya melalui pemilu. 

Namun mereka yang di belakang layar itu tidak lah mau terlalu lama menunggu sampai pemilu baru, yang mungkin masih terjadi tiga tahun atau empat tahun kemudian. Para sponsor itu mungkin saja kekuatan lama yang didukung oleh konglomerat yang memiliki uang triliunan sehingga bisa mendukung tokoh tertentu untuk mewujudkan keingingan mereka. 

Mereka akan mencari celah dan alasan pembenar agar pemimpin yang tidak disukainya jatuh dan digantikan dengan orang yang mereka sukai, yaitu orang yang siap untuk mengikuti agenda politik dan tentu saja agenda ekonomi. 

Hoax pun mulai disebar secara samar dan berbagai cara halus lainnya pun dilakukan yang seolah-olah sesuai dengan hukum. Biasanya akan memanfaatkan para elite yang ada di parlemen atau partai oposisi. Jargon yang digunakan selalu untuk dan atas nama rakyat. 

Jika cara halus tidak tembus, maka ditempuh cara yang lebih keras seperti unjuk rasa yang biasanya disertai dengan kericuhan dan kekacauan untuk memancing aparat hukum bertindak keras. Anarkisme dan vandalisme pun terjadi. 

Kekacauan itu sengaja dibuat untuk merusak reputasi pemimpin yang sah di mata rakyat dan internasional. Kalau pemimpin tersebut tidak bijak dalam merespon kekacauan itu, maka tujuan tokoh yang punya ambisi politik itu akan berhasil. 

Kewarasan cara berpikir dan bertindak bukan hanya penting dipegang oleh sang pemimpin, melainkan juga masyarakat serta para pendukungnya. Jangan sampai impian yang disertai ambisi besar itu akan dipertanyakan nantinya. 

Untuk siapa?

Ambisi dan impian haruslah diwujudkan dengan cara-cara yang sesuai dengan ketentuan hukum, sehingga proses demokrasi bisa berjalan dengan lebih baik. 

Indonesia sudah kadung menjatuhkan pilihan pada demokrasi langsung, maka tidak boleh lagi terjadi cara-cara penggantian kekuasaan yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD '45. 

Impian dan ambisi yang diraih dengan cara menyimpang akan membahayakan bangsa dan negara yang didirikan dengan perjuangan penuh pengorbanan oleh para pendiri bangsa, baik oleh para pejuang kemerdekaan maupun rakyat yang menjadi korban perang dan penindasan di masa penjajahan. Perjuangan mereka tidak boleh dinodai dengan sebuah keinginan segelintir orang tertentu yang menjual nama rakyat untuk ambisi pribadi dan kelompok mereka 

Komentar

Topik Hangat

Sejarah dan Makna Puasa Ramadhan: Menyucikan & dan Meningkatkan Spiritualitas Umat Islam di Seluruh Dunia

HM Darmizal: Umroh Milenial Diluncurkan ICMI Travel | Kejutan Baru Di Era Digital

Muncul nama Ridwan Kamil & Ahmad Sahroni sebagai Cagub pada Pilkada Jakarta 2024. Bagaimana dengan Kaesang?

Shin Tae Yong Dari Panggung Kecil Wujudkan Impian Penggila Sepak Bola Indonesia

Pilkada DKI Jakarta 2024 Bakal Seru. PDI Perjuangan Calonkan Siapa?

Rekam Jejak Anies Baswedan: Analisis Sebelum Pemilihan Presiden 2024

Makan Siang & Susu Gratis: Antara Pro Kontra & Dampaknya Pada Masyarakat & Negara

Gibran, Mahfud MD & Cak Imin: Mampukah Merayu Calon Pemilih Pada Debat Cawapres?

Indonesia Keren