Hot Topic

Nasi Jinggo ngetop gara-gara Renata Pereira? Akhirnya terkuak sejarah kuliner asli Bali ini

Jalan-jalan ke Bali adalah salah satu impian warga Indonesia maupun wisatawan internasional. Global tourist sudah mengunjungi Bali sebelum Dutch Colonial era, karena Belanda tidak langsung menjajah Bali. Rupanya pemerintah Hindia Belanda atau Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC. 

Menurut pelajaran sejarah yang pernah kita dengar dari bapak & ibu guru yang sedang working from home saat ini, gara-gara PSBB, dan dijelaskan pula oleh situs id.wikipedia.org, VOC adalah Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602. VOC adalah persekutuan dagang asal Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia
Vereenigde Oostindische Compagnie, VOC, Bali, wisata kuliner, Nasi Jinggo, Renata Pereira, Django, Franco Nero, Kori Ubud, Renata Pereira, Julia Roberts, Eat Pray Love
Meja makan di Kori Ubud  Resorts Spa & Restaurant sepertinya menantikan kunjugan anda untuk menginap, enjoy spa dan wisata kuliner dengan pemandangan indah khas Bali ini. Kori Ubud juga pas banget untuk romantic honeymoon yang unforgettable (koriubud.com)

Disebut Hindia Timur karena ada pula Geoctroyeerde Westindische Compagnie yang merupakan persekutuan dagang untuk kawasan Hindia Barat. Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia sekaligus merupakan perusahaan pertama yang mengeluarkan sistem pembagian saham.

Kerajaan Bali tidak langsung dijajah oleh VOC yang didukung kuat oleh pemerintahan Belanda ini. Mungkin Belanda lebih mementingkan Pulau Jawa atau daerah lain yang kaya dengan rempah-rempah seperti kepulauan Maluku. Karena itulah ada banyak peneliti, seniman, penulis dan wisatawan, yang tentunya tidak dalam jumlah besar. Tidak heran akhirnya ada sebuah buku tentang Bali berjudul The Last Paradise, yang membuat pulau kecil yang teletak di antara Asia dan Australia ini semakin terkenal. 

Keunikan Bali yang menjadi daya tarik bukan hanya pemandangan alamnya atau hebatnya sunset di Pantai Kuta, melainkan karena seni budaya serta adat istiadatnya yang begitu indah memadukan unsur kearifan lokal (local genius) -  dimana masyarakat Bali dengan berbagai profesi dan posisi mereka entah sebagai pemahat, penari, penabuh gamelan, pelukis, penulis lagu dan sastra, Undagi (arsitek atau tukang) dan sebagainya - adalah sangat pandai memadukan unsur asli Bali dengan filosofi Hindu (Weda) dengan pengaruh budaya lainnya.

 Perpaduan ini akhirnya membentuk semua itu menjadi "sangat" Bali. Tidak mudah untuk melihat dengan kasat mata apakah ada unsur asing di salah satu tarian, ukiran, arsitektur, lukisan, musik atau sastra, bahkan pada makanan masyarakat di pulau yang belakangan dijuluki sebagai Island of Love setelah Julia Roberts bikin film berjudul Eat Pray Love.
Bagaikan Julia Roberts, kita naik sepeda di sekitar Ubud. Kalau lapar cari Nasi Jinggo lalu coffe break di Kori Ubud Resorts, lengkap dengan pisang goreng khas Bali yang maknyus (tabloidbintang.com)

Omong-omong tentang kuliner khas pulau Dewata, para pembaca pasti ada yang pernah menikmati berbagai hidangan unik di pulau ini seperti Ayam Betutu, Sea food Mak Beng di pantai Sanur, dan tentu saja Nasi Jinggo. 

Apakah pada jaman Belanda sudah ada Nasi Jinggo di pulau Seribu Pura ini?

Orang Bali yang menemukan dan masih rajin menikmati lezatnya nasi yang dibungkus dengan daun pisang ini mungkin jarang yang tahu atau nggak begitu peduli dengan sejarah nasi yang porsinya sangat imut ini. 

Menurut catatan id.wikipedia.org, (tolong ada yang meneliti ulang ya), ternyata sejarah
Nasi Jinggo ini dimulai sejak tahun 1980an. "Katanya" Nasi Jinggo pertama kali dijual di Jalan Gajah Mada, Denpasar. 

Nasi yang membuat kangen wisatawan Nusantara maupun perantau asal Bali yang tinggl di kota lain ini pada awalnya dijual pada saat malam hari sebagai pengganjal perut, khususnya dikonsumsi oleh para pedagang di Pasar Kumbasari, yang berlokasi di Jalan Gajah Mada itu. 

Banyak orang di pasar yang begadang dan perlu makanan pengganjal perut di malam hari. Penjual nasi jinggo pertama kali adalah sepasang suami-istri yang berjualan dari sore hingga malam. Kreasi mereka sangat disukai sehingga kini banyak penjual nasi jinggo, tidak hanya di Denpasar tetapi juga kota-kota lain di Bali, bahkan sampai luar Pulau Bali seperti  Kediri, Jawa Timur - karena di Bali juga ada desa bernama Kediri. 
Vereenigde Oostindische Compagnie, VOC, Bali, wisata kuliner, Nasi Jinggo, Renata Pereira, Django, Franco Nero, Kori Ubud, Renata Pereira, Julia Roberts, Eat Pray Love
Nasi Jinggo hidangan siap saji khas Pulau Dewata dengan sambal Bali yang pedas. Nggak cukup kalau hanya makan satu bungkus. Minimal dua bungkus lah supaya nendang rasanya. (kooliner.com)

Tentu bukan hanya pedagang yang menjadi konsumen nasi pengganjal perut ini, juga para supir, anak kos, mahasiswa yang begadang di saat ujian, pasti kelaparan lah di tengah malam. Kan pada jaman itu belum ada go food atau go grab apalagi delivery order. 

Nah, yang menarik juga untuk diselidiki oleh ahli kuliner adalah asal nama Jinggo. Ada versi yang menyebutkan bahwa "Jinggo" berasal dari bahasa Hokkien, yang artinya seribu lima ratus, konon sesuai dengan harga pasaran sebelum krisis moneter 1998. Tapi harga sebungkus nasi yang enak tenan dan tidak cukup kalau hanya makan satu bungkus ini, pada awalnya bisa dibeli dengan harga di bawah 1500 rupiah lho. So, jika dikatakan berasal dari salah satu dialek Tiongkok atau Hokkien, sepertinya belum pas lah. 
Vereenigde Oostindische Compagnie, VOC, Bali, wisata kuliner, Nasi Jinggo, Renata Pereira, Django, Franco Nero, Kori Ubud, Renata Pereira, Julia Roberts, Eat Pray Love
Franco Nero, sebuah poster film yang sangat ngetop pada jamannya, dan dibuat versi baru dibintangi oleh  Jamie Fox. (pinterest.com)

Nah, bagi om, mbah atau kakek yang pernah menggemari film bergenre Italian Western Spaghetti yang aslinya dibintangi oleh Franco Nero, pasti pernah menonton film cowboy (koboi) berjudul Jango (bukan Jango Paramartha, seniman kartun terkenal di Bali lho). Sekali lagi ini masih menurut id.wikipedia.org lho, bahwa karena begitu ngetopnya film tersebut, bahwa nama tersebut berasal dari kata "Jagoan", Nasi Jinggo merupakan makanan favorit para pengendar motor asli Bali (jaman now disebut komunitas bikers) di malam hari setelah seharian plesiran dengan sepeda motornya. Mungkin karena jaman itu belum ada café seperti pada jaman penggemar MOGE di jaman now.  

So, apa yang membuat Nasi Jinggo ini begitu ngetop?
Kalau jujur mengakui, Nasi Jinggo ini adalah fast food pertama di Bali sebelum ada KFC dibuka di Kuta dekat Simpang Siur sekarang. Jadi warga +62 boleh bangga dong. 

Nasi jinggo dikemas dengan daun pisang. Kalau dibuka anda akan menemukan nasi putih sekepalan tangan dengan lauk-pauk berupa ayam suwir, sepotong kecil telor rebus, serundeng, sambal goreng tempe, sedikit mie goreng, dan tentu saja sambal Bali yang pedas banget. 
Vereenigde Oostindische Compagnie, VOC, Bali, wisata kuliner, Nasi Jinggo, Renata Pereira, Django, Franco Nero, Kori Ubud, Renata Pereira, Julia Roberts, Eat Pray Love
Nasi Jinggo Bali mengundang selera banget (visitbali.id)

Di jaman now, anda bisa menemukan nasi Jinggo ini dengan variasi lain dimana nasi putihnya diganti dengan nasi kuning. Begitu pula ayam suwirnya ada penjual yang menggantinya dengan suwiran sapi atau atau pork. Jadi pastikan anda bertanya sebelum membeli supaya anda menemukan pilihan yang pas dengan selera dan asal budaya masing-masing. 

Setelah badai Covid-19 atau virus Corona berlalu, mungkin perlu ke Bali dan berburu nasi Jinggo yang punya sepupu seperti Nasi Jamblang di Cirebon atau Nasi Kucing di Jawa Tengah. 

Lalu apa hubungannya Nasi Jinggo dengan Renata Pereira, seorang traveler vlogger asal Brazil yang keliling dunia sebagai turis yang rajin membuat video YouTube saat berwisata bersama Gordon asal Canada ini? 

Yuk saksikan saja tayangan tentang Renata Pereira dan Nasi Jinggo yang dilaporkan New Inspiration Channel ini:
Video heboh Renata Pereira: Holiday in Jakarta and talk about Nasi Jinggo 
Setelah puas menikmati Nasi Jinggo, pasti sangat menyenangkan kalau coffee break atau minum es Daluman atau Es Kuud (kelapa muda). Mantap lah. 

Omong-omong siapa di Jakarta atau kota lain yang menjual Nasi Jinggo? Silahkan comment dan share ya?

Komentar

Topik Hangat

Sejarah dan Makna Puasa Ramadhan: Menyucikan & dan Meningkatkan Spiritualitas Umat Islam di Seluruh Dunia

HM Darmizal: Umroh Milenial Diluncurkan ICMI Travel | Kejutan Baru Di Era Digital

Muncul nama Ridwan Kamil & Ahmad Sahroni sebagai Cagub pada Pilkada Jakarta 2024. Bagaimana dengan Kaesang?

Shin Tae Yong Dari Panggung Kecil Wujudkan Impian Penggila Sepak Bola Indonesia

Pilkada DKI Jakarta 2024 Bakal Seru. PDI Perjuangan Calonkan Siapa?

Rekam Jejak Anies Baswedan: Analisis Sebelum Pemilihan Presiden 2024

Makan Siang & Susu Gratis: Antara Pro Kontra & Dampaknya Pada Masyarakat & Negara

Gibran, Mahfud MD & Cak Imin: Mampukah Merayu Calon Pemilih Pada Debat Cawapres?

Indonesia Keren