Jokowi dalam hening di antara gegap gempita politik dan Covid-19
Presiden Joko Widodo yang lebih sering dipanggil dengan
nama Jokowi barangkali bisa bermain gitar, dan dikenal sebagai pecinta music cadas
alias Hard Rock. Nggak heran kalau mantan gubernur Jakarta dengan pasangannya
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ini sangat senang mendengar lagu-lagu
Superman is Dead asal Bali atau Metallica dari kampungnya Presiden Donald Trump
itu.
Presiden asal Solo yang gemar blusukan dan naik motor
gede alias MOGE ini juga pernah menyanyikan lagu Nonton Bioskop yang pada jaman
dahulu pernah dinyanyikan comedian Benyamin S, juga Bing Slamet, lalu
dinyanyikan ulang oleh putranya Adi Bing Slamet.
Jokowi mungkin tidak memiliki tubuh tegap dan berotot, namun
bisa tampil jantan kalau lagi naik motor dengan jaket produksi dalam negeri itu
juga tidak menolak kalau diajak nonton wayang kulit atau nonton konser Didi
Kempot. Jokowi tetap tabah dan tidak ambyar.
Barangkali Jokowi terlalu sabar sebagaimana sering
disebut oleh orang terdekat maupun keluarganya. Terungkaplah bahwa sang bunda
lah yang menasihati Jokowi supaya tetap sabar meskipun ada yang menghujat.
Sejak dicalonkan sebagai calon gubernur Jakarta bareng Ahok pada Pilkada 2012,
Jokowi yang mantan walikota Solo ini sudah “biasa” dihujat, dikatakan ini itu
dengan nuansa rasis, bahkan disinggung masalah keyakinannya.
Mungkin karena memang hatinya yang halus dan dorongan
ibunda yang meminta lulusan UGM ini agar Jokowi bersabar saja. Para relawan dan
pendukungnya lah yang tak tahan dengan segala hujatan, ujaran kebencian yang diunggah
ke media sosial dalam bentuk tulisan, video, meme, foto editan dan tentu saja
beraneka berita hoax. Banyak di antara mereka secara pribadi atau kelompok
mengadukan segala hujatan atau hoax itu ke kantor polisi.
Mencapai puncak karir tertinggi di dunia politik memang
tidak seenak dan senyaman yang dibayangkan oleh orang awam. Walaupun ada istana
untuk tempat tinggal dan puluhan pengawal yang siap mengorbankan nyawa untuk
seorang presiden, ternyata para kepala negara seperti raja, ratu, perdana Menteri
dan presiden adalah ibarat pohon tinggi yang pasti akan mendapat angin paling
terkencang dibandingkan rumput yang dekat dengan tanah.
Karena itulah, masuk akal bila tahta tertinggi seorang
raja atau jabatan nomor satu di sebuah negara bisa menjadi tempat paling sunyi
yang harus dirasakan oleh presiden atau seorang raja diraja sekalipun. Walaupun
dikelilingi oleh banyak orang setia, namun ada juga yang diam-diam menentangnya.
Begitu pula ada riuh rendah dari luar istana.
Untuk mengeluarkan perasaan sunyi itu, Jokowi mungkin
belum bisa menulis lagu atau barangkali tidak begitu berbakat menulis sebait
pantun, puisi apalgi prosa. Kalaupun bisa, hal itu pasti pernah terjadi ketika
diwajibkan oleh guru Bahasa Indonesia saat masih SD atau SMP.
Rudi S. Kamri sedang olah raga pada suatu pagi di tengah pandemi global. Mungkin di taman inilah Rudi mendapatkan inspirasi untuk menulis puisi tentang Presiden Jokowi (facebook.com) |
Barangkali inilah yang ditangkap dengan cermat oleh Rudi
S. Kamri, seorang pemerhati politik dan sosial. Walaupun Rudi tidak ragu untuk
mengkritisi Presiden Jokowi, namun dengan solusi, ternyata Rudi S. Kamri yang
sering didaulat sebagai moderator seminar ini akhirnya membuat sebuah puisi untuk
“suasana” atau situasi yang mungkin dirasakan oleh Presiden Joko Widodo.
Kalau Chairil Anwar masih hidup, mungkin sang penulis puisi Aku ini juga akan tergerak hatinya untuk menulis sebuah puisi untuk Jokowi, karena Chairil Anwar pernah menulis puisi untuk Presiden Sukarno dengan judul "Persetujuan Dengan Bung Karno"
Pada kesempatan ini di saat negara ini sedang menghadapi pandemi global, mungkin puisi karya Rudi S. Kamri sudah cukup untuk ikut merasakan bagaimana seorang Jokowi di saat sunyi sendiri dalam arti politik dan kebijakannya.
Oleh:
Rudi S Kamri
Takdirku bukan sekedar jadi pemenang
Jiwaku tergaris 'tuk pengabdian panjang
Pada bumi dimana aku dilahirkan
Pada air saat aku dapatkan penghidupan
Aku takkan takluk pada kemarahan
Atau tunduk pada keangkara-murkaan
Juga pada kejahatan yang berkeliaran
Yang menghujatku dalam keriuhan
Karena aku tak kan menyerah
Pada jiwa-jiwa yang kalah
Jangan kau tanyakan pada kelelahan
Karena itu sudah menjadi keseharian
Aku lahir diantara kemiskinan
Jadi jiwaku telah tertanam jutaan kesabaran
Pada hantaman yang bertubi-tubi
Hanya membuatku sesaat menepi
Pada cobaan yang beruntun hadir
Aku percaya takdir bukanlah akhir
Ingin aku kabarkan pada para pecundang
Tugasku untuk negeri ini masih panjang
Karena itu aku tidak akan pernah rebah
Karena aku terlatih tak mudah menyerah
Tugasku harus tuntas
Bencana ini harus aku libas
Agar negeri bisa kembali berjalan
Menjauh dari kegelapan
Anak negeri ini harus selamat
Agar menatap masa depan dengan kuat
Hanya ini yang ingin kuwariskan
Saat waktunya aku menepi di kejauhan
Saat malam tersungkup keheningan
Aku hanya bisa tunduk dalam kepasrahan
Kepada Sang Pemberi Kehidupan
Agar pengabdianku tertuntaskan
Agar jiwaku terkuatkan
Agar kehormatanku tak tergadaikan
Salam SATU Indonesia,
03042020
Yuk saksikan video ini, puisi karya Rudi S. Kamri dibacakan oleh Eny Sulistyowati
seorang penari, aktivis & pemerhati seni budaya Nusantara.
Yuk saksikan video ini, puisi karya Rudi S. Kamri dibacakan oleh Eny Sulistyowati
seorang penari, aktivis & pemerhati seni budaya Nusantara.
Komentar