Ahok Djarot Anies Sandi dan Agus Sylvi plus pendukung merapat ke tempat undian nomor urut
Setelah Ahok Djarot dan pasangan calon gubernur dan cawagub lainnya ditetapkan sebagai calon resmi, sejak sore hari telah merapat ke Jakarta International Expo di Kemayoran, Jakarta Pusat. Agus Harimurti Yudhoyono alias AYH putra sulung SBY ini bahkan telah menyiapkan yel yel ala militer untuk ditampilkan pada acara undian nomor pasangan calon pada malam ini, 25 Oktober 2016. Bagaimana dengan pasangan Anies Sandi dan Ahok Djarot, apakah mereka juga akan tampil dengan aktraktif? Kenapa ada atribut Jakmania salah satu pasangan calon?
Yang membuat menarik dari Pilkada Jakarta adalah karena sering disebut sebagai pilkada rasa Pilpres. Mungkin karena ada sangat gegap gempita ketika menjelang Pilkada, dimana partai politik sempat mengalami kegalauan karena bingung untuk memilih calon pasangan, terutama di kubu atau Poros Cikeas (SBY) dan Prabowo.
Khusus untuk Pilkada 2017 ini, ternyata pasangan Ahok Djarot telah siap dengan baju kotak-kotak, agak mirip dengan baju kotak-kotak yang pada 2012 digunakan oleh Jokowi Ahok, dan sukses menarik simpati warga Jakarta, bahkan ada banyak warga luar Jakarta dan di luar negeri yang dengan gembira rela membeli baju khas tersebut.
Sementara itu pasangan Anies Sandi akan tampil dengan pakaian khas Betawi dengan nuansa kuning. Ternyata warna kuning ini merupakan warna Jakmania atau PERSIJA, klub sepak bola kesayangan sebagian besar warga Jakarta. Kedekatan Jakmania dengan pasangan calon Anies Sandi ini mungkin merupakan contoh pertama adanya kolaborasi politik di dunia sepak bola atau olah raga, padahal klub sepak bola seharusnya bisa netral dari kegiatan politik. Dunia olah raga dan penggemar sepak bola di Indonesia akan menilai hal ini dengan jernih.
Dikabarkan pula oleh berbagai siaran televisi, media cetak dan media online, bahwa para calon gubernur tidak mempersoalkan nomor urut yang akan mereka dapatkan ketika dilakukan undian. Apakah mereka tidak percaya pada hoki dari angka?
Apapun nomornya, yang penting adalah program serta visi dan misi mereka dalam kampanye yang akan segera dimulai secara resmi ini. Masyarakat dan warga Jakarta tentu sudah cerdas dalam memilah ucapan verbal dan spanduk-spanduk pada kampanye para calon gubernur kali ini. KPU dan Bawaslu juga telah menghimbau bahwa pasangan calon dan para pendukungnya dilarang untuk berkampanye dengan menggunakan isu SARA dan politik uang. Warga Jakarta dengan jernih bisa memutuskan dengan cermat tentang kinerja dan prestasi masing-masing calon atau track record mereka.
Yang membuat menarik dari Pilkada Jakarta adalah karena sering disebut sebagai pilkada rasa Pilpres. Mungkin karena ada sangat gegap gempita ketika menjelang Pilkada, dimana partai politik sempat mengalami kegalauan karena bingung untuk memilih calon pasangan, terutama di kubu atau Poros Cikeas (SBY) dan Prabowo.
Ahok Djarot, Anies Sandi & Agus Sylvi. Image: news.detik.com |
Sementara itu pasangan Anies Sandi akan tampil dengan pakaian khas Betawi dengan nuansa kuning. Ternyata warna kuning ini merupakan warna Jakmania atau PERSIJA, klub sepak bola kesayangan sebagian besar warga Jakarta. Kedekatan Jakmania dengan pasangan calon Anies Sandi ini mungkin merupakan contoh pertama adanya kolaborasi politik di dunia sepak bola atau olah raga, padahal klub sepak bola seharusnya bisa netral dari kegiatan politik. Dunia olah raga dan penggemar sepak bola di Indonesia akan menilai hal ini dengan jernih.
Dikabarkan pula oleh berbagai siaran televisi, media cetak dan media online, bahwa para calon gubernur tidak mempersoalkan nomor urut yang akan mereka dapatkan ketika dilakukan undian. Apakah mereka tidak percaya pada hoki dari angka?
Apapun nomornya, yang penting adalah program serta visi dan misi mereka dalam kampanye yang akan segera dimulai secara resmi ini. Masyarakat dan warga Jakarta tentu sudah cerdas dalam memilah ucapan verbal dan spanduk-spanduk pada kampanye para calon gubernur kali ini. KPU dan Bawaslu juga telah menghimbau bahwa pasangan calon dan para pendukungnya dilarang untuk berkampanye dengan menggunakan isu SARA dan politik uang. Warga Jakarta dengan jernih bisa memutuskan dengan cermat tentang kinerja dan prestasi masing-masing calon atau track record mereka.
Komentar