Warga Bali tolak reklamasi Teluk Benoa
Warga Teluk Benoa, dan ribuan warga Bali lainnya yang terdiri dari berbagai organisasi bersama Forum Rakyat Bali (ForBALI) Tolak Reklamasi Teluk Benoa dan warga yang tergabung dalam Pasuban Desa Adat/Desa Pakraman, yang juga terdiri dari ribuan warga dari 27 desa adat, organisasi pemuda adat, organisasi kemasyarakatan, dan komunitas yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Bali pada hari ini, 20 Maret 2016, dengan bersemangat berunjuk rasa untuk menolak reklamasi Teluk Benoa.
Penolakan ini terjadi karena kawasan Teluk Benoa bukan hanya menjadi tumpuan hidup para nelayan di sekitar Teluk Benoa, melainkan karena di daerah tersebut ada beberapa situs penting umat Hindu Bali yang harus dijaga kesuciannya. Masyarakat Bali dan para ahli lingkungan hidup juga khawatir dengan rencana reklamasi tersebut karena akan menyebabkan terjadinya bencana lingkungan di masa depan jika reklamasi tersebut dipaksakan.
Menurut laporan beritadewata.com demonstrasi yang berlangsung dari pukul 14.00 WITA hingga pukul 15.30 WITA tersebut terbilang unik. Pasalnya, ratusan demonstran berangkat dari Tanjung Benoa kemudian mengitari perairan Teluk Benoa dengan menggunakan perahu, setelah itu mereka merapat dan membentangkan puluhan spanduk serta berorasi di pinggiran Teluk Benoa. "Tolak, tolak, tolak Reklamasi sekarang juga. Hidup rakyat, hidup rakyat, hidup rakyat," teriak ratusan demonstran.
Penolakan ini terjadi karena kawasan Teluk Benoa bukan hanya menjadi tumpuan hidup para nelayan di sekitar Teluk Benoa, melainkan karena di daerah tersebut ada beberapa situs penting umat Hindu Bali yang harus dijaga kesuciannya. Masyarakat Bali dan para ahli lingkungan hidup juga khawatir dengan rencana reklamasi tersebut karena akan menyebabkan terjadinya bencana lingkungan di masa depan jika reklamasi tersebut dipaksakan.
Demo unik tolak reklamasi Teluk Benoa di Bali. Image: m.tempo.co |
Demonstrasi tolak reklamasi Teluk Benoa. Image: fotometrotvnews.com |
Situs online tersebut juga melaporkan bahwa Setelah orasi berlangsung sekitar 1 jam, ratusan demonstran kembali ke Tanjung Benoa dan menggelar acara konferensi pers di salah satu tempat water sport Tanjung Benoa. I Wayan Budiasa salah satu tokoh masyarakat di Tanjung Benoa dengan tegas mengatakan, ""Saya meminta agar SK Gubernur segera dicabut! Yang kami setujui ialah merehabilitasi Pulau Pudut, bukan mereklamasi 838 Ha Teluk Benoa".
Sementara itu I Made Yonda Wijaya, S.H juga menyatakan sikapnya di hadapan belasan insan pers. Pernyataan sikap tersebut terdiri dari:
1. Menolak Reklamasi Teluk Benoa.
2. Menuntut Gubernur untuk mencabut SK Reklamasi,
3. Menolak pengkaplingan dan perampasan suber kehidupan rakyat di Teluk Benoa.
4. Menyetujui rehabilitasi pulau Pudut seluas 8 Ha dan menolak reklamasi Teluk Benoa seluas 838 Ha,
5. Menuntut Gubernur untuk konsisten dan melaksanakan Surat Edaran Moratorium Izin Akomodasi Pariwisata di Bali Selatan yang dibuatnya sendiri.
Unjuk rasa tolak reklamasi teluk Benoa di Jakarta. Image: tribunnews.com |
Penolakan reklamasi ini bukan hanya datang dari warga asli Teluk Benoa, ternyata juga didukung oleh para aktivis lingkungan hidup, para penyair, dan para seniman Bali. Dukungan juga mengalir dari luar Bali, misalnya dari Jakarta.
Ini rencana reklamasi Teluk Benoa. Image: |
Bali membutuhkan keseimbangan alam, baik secara fisik maupun spiritual. Sebagai pulau utama yang menjadi destinasi favorit wisatawan luar negeri dan nusantara, Bali bukan hanya sumber mata uang atau devisa untuk negara dan daerah Bali, namun Bali juga harus menjaga kelestarian alam dan tempat-tempat khusus yang telah ratusan tahun menjadi situs yang disucikan oleh umat Hindu di pulau Cinta ini. Sampai artikel ini ditulis belum ada respon dari Guberbur Bali.
Komentar