Partai Golkar versi ARB tolak Perppu Pilkada. Apa kabar SBY?
ARB tolak Perppu Pilkada SBY. Image: m.kaskus.co.id |
Selain
kehebohan rekaman suara Nurdin Halid, Munas Golkar di Bali juga dikejutkan
dengan sikap ARB terhadap Perppu tentang Pemilihan Kepala Daerah. Yang terkejut
bukan hanya pengamat, melainkan Partai Demokrat, dimana SBY sang ketua umum
Demokrat di akhir masa jabatannya sebagai presiden telah mengeluarkan Perpu
tersebut setelah sebelumnya fraksi Partai Demokrat melakukan aksi walk-out
ketika sidang paripurna untuk membahas Undang-Undang Pilkada.
SBY akrab bersama ARB. Image: jakartaobserber.com |
Kini, Partai
Demokrat “ditelikung” oleh Partai Golkar versi ARB alias Ical atau Aburizal
Bakrie – pada Musyawarah Nasional IX Partai Golkar di Bali, sang “ketua umum”
telah menyatakan untuk menolak Peraturan
Presiden Pengganti Undang-undang (Perpu) nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) yang merupakan produk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
di akhir masa jabatannya. Padahal Partai Golkar bersama Partai Gerindra, PAN, dan
PKS, telah sepakat untuk mendukung
Demokrat untuk mengegolkan Perpu Pilkada yang diterbitkan SBY, namun pada
Selasa (2/12/2014) di Musyawarah Nasional yang digelar di Nusa Dua, Bali Partai
Golkar menyatakan menolak Perpu Pilkada.
Bambang Soesatyo politisi Golkar. Image: sayangi.com |
Menurut
Aburizal, jika perppu itu ditolak, maka UU Pilkada akan berlaku kembali. Hal
ini, kata dia, sejalan dengan apa yang diperjuangkan Golkar bersama Koalisi
Merah Putih (KMP). Bambang Soesatyo, politikus Golkar menegaskan bahwa
partainya menolak Peraturan Pengganti Undang-Undang tentang Pemilihan Kepala
Daerah karena ingin meminimalkan praktek politik uang.
Lalu bagaimana nasib
kesepakatan Golkar dan parpol KMP lainnya yang sebelumnya mendukung Perpu nomor
1 tahun 2014 tersebut? Apakah Prabowo, Hatta Rajasa dan Anis Matta juga akan
mengikuti langkah ARB untuk menyerukan kepada masing-masing fraksinya di DPR
untuk mementahkan kesepakan dengan Partai Demokrat itu? Jika ya, maka lengkap
sudah penderitaan SBY dan Partai Demokrat, dimana dalam kasus bail-out Bank
Century, Partai Golkar juga tidak mendukung Demokrat kala itu.
Sebagaimana
diberitakan solopos.com, Partai Golkar
bertekad mengegolkan pemilihan kepala daerah melalui Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah alias Pilkada tak langsung. Nurdin Halid, selaku Ketua Pengarah
Musyawarah Nasional (Munas) IX Golkar pun menegaskan penolakan terhadap Perpu
Pilkada tersebut. Penolakan terhadap Perpu Pilkada ini tercantum pada poin ke-2
dari total ada 6 keputusan yang dibuat dalam Munas IX Golkar. Partai Demokrat,
hanya bisa gigit jari? Apa rencana SBY dan Fraksi Partai Demokrat untuk
menghadapi gerakan Partai Golkar versi ARB ini?
Pada Rapimnas
pertengahan November 2014 lalu, Partai Golkar juga menyatakan akan mengajukan
judicial review atas Perpu Pilkada yang diterbitkan oleh Presiden ke-6 SBY.
Rupanya Golkar serius untuk mengembalikan pilkada via DPRD dengan menolak Perpu
Pilkada. Dengan Pilkada yang dilakukan di DPRD, maka Partai Golkar bersama
rekan-rekan mereka di KMP akan punya peluang besar untuk menduduki jabatan
kepala daerah seperti Gubernur, Bupati dan Walikota di sebagian besar wilayah
Indonesia.
Jika SBY
dan Partai Demokrat memang sungguh-sungguh untuk mendukung Pilkada langsung
oleh rakyat, bukan Pilkada di ruang sidan paripurna DPRD, maka para politisi
Demokrat di DPR harus berjuang bersama Fraksi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP), dan Koalisi Indonesia Hebat alias KIH, sehingga rakyat tidak
menganggap Partai Demokrat, khususnya SBY hanya basa-basi belaka untuk
mendukung Pilkada langsung.
Alangkah
baiknya bila Faraksi Partai Demokrat juga mengajak para senator di Dewan
Perwakilan Daerah untuk melakukan lobby dan pendekatan serius kepada semua
politikus yang masih punya hati nurani untuk menghargai demokrasi langsung, dan
mendukung aspirasi rakyat Indonesia yang mendambakan Pilkada supaya tetap
berlangsung dengan cara pencoblosan secara langsung oleh rakyat, bukan
dilakukan di dalam ruang mewah gedung DPRD.
Ini merupakan kesempatan emas bagi
SBY dan para politisi Partai Demokrat untuk menunjukkan komitmen mereka pada
aspirasi rakyat Indonesia. Benarkah SBY dan para politikusnya akan
sungguh-sungguh memperjuangkan Pilkada langsung oleh rakyat? Begitu pula para
praktisi dan aktivis pro demokrasi dan para pendukung Pilkada Langsung, apakah
mereka juga akan konsisten berjuang? Demikian pula para aktivis pro demokrasi
di kampus-kampus di berbagai universitas dan perguruan tinggi di Indonesia,
apakah mereka akan mendiamkan langkah Partai Golkar versi Aburizal Bakrie ini?
Komentar