Siapa profesional murni dan profesional parpol pada kabinet Jokowi JK
Jokowi bersama Tim Transisi Pemerintahan. Image: solopos.com |
Di tengah hebohnya “tolak pilkada
tidak langsung” atau “pilkada oleh DPRD, Jokowi JK semakin sibuk meneliti dan
memilih siapa saja yang tepat untuk menjadi menteri, sehingga belum satu pun
nama calon pembantu presiden pada kabinet Jokowi JK yang diumumkan. Jokowi
hanya mengumumkan postur, arsitektur dan modifikasi kementerian.
Apakah ada
nama-nama yang selama ini digosipkan atau diusulkan banyak pihak yang
benar-benar akan terpilih? Selain profesonal murni dan profesional Parpol,
apakah ada staf atau deputi Tim Transisi dan relawan Jokowi JK yang akan menjadi
menteri pada kabinet Jokowi JK?
Meskipun belum
disebutkan nama-nama calon menteri kabinet Jokowi JK, namun komposisi dan
struktur kabinet pemerintahan baru Jokowi JK telah diungkap. Untuk 7
kementerian penting dan strategis akan dipimpin profesional murni, artinya
kementrian keuangan, ESDM, Pertanian, BUMN, Kesehatan, dan kementrian
Pendidikan bukan berasal dari partai politik. Diungkap pula akan ada 18 orang
profesional murni yang akan direkrut sebagai menteri.
Olga Lidya, bersama Slank dan relawan Jokowi JK. Image: tempo.co |
Sementara itu akan ada 16 politisi yang
berasal dari partai politik pengusung pasangan Jokowi JK saat pilpres 2014 juga
akan mendapat kesempatan menjadi menteri.
Deputi Tim Transisi Jokowi Hasto Kristiyanto
mengatakan bahwa porsi menteri dari partai politik cukup besar karena kualitas
kader parta-partai telah menunjukan peningkatan. Pada era Susilo Bambang
Judhoyono (SBY) ada 21 anggota Parpol yang menjadi menteri.
Apakah para menteri dalam kabinet Jokowi JK bisa menjawab tantangan para komentator politik, relawan dan rakyat supaya bisa menjadi menteri yang bebas suap dan korupsi?
Apakah Jokowi JK berhasil memilih menteri yang tepat? Image: sumsel.tribunnews.com |
Pada saat
kampanye Joko Widodo alias Jokowi pada saat kampanye pilpres Juli 2014 lalu
sering mengungkap bahwa kementerian di era pemerintahannya akan dirampingkan,
namun belakangan ini Jusuf Kalla atau JK kurang setuju jika jumlah kementrian
dirampingkan.
Pada era Gusdur memang ada kementrian yang dibubarkan, dan
dampaknya cukup panjang ketika memutasi para Pegawai Negeri Sipil yang ada di
Departemen Sosial dan Departemen Penerangan. Kerepotan pasti terjadi, apalagi
menyangkut karir para PNS di kementrian. Menurut pengamat dibutuhkan minimal
dua tahun untuk membereskan jika dilakukan perampingan kabinet.
Jokowi
mengatakan jumlah kementerian akan sama dengan kabinet sebelumnya, yaitu 34
menteri dengan 18 menteri berasal dari kaum profesional dan 16 dari profesional
partai. Jokowi juga mengatakan bahwa
dari 34 menteri maka 19 kementerian tak diubah karena dipertahankan seperti
sekarang. Bahwa ada enam kementrian yang dengan penamaan baru, enam kementerian
digabung, dan ada tiga kementerian baru.
Jika ingat pada sejarah reformasi,
komposisi dan struktur kabinet hampir selalu berganti di tiap pemerintahan.
Sejak reformasi, Indonesia pernah memiliki 37 menteri dalam masa pemerintahan
Habibie, Gus Dur, dan SBY jilid I. Bahkan Indonesia pernah memiliki 100
menteri, yaitu ketika menjelang jatuhnya pemerintahan Presiden Sukarno.
DR. H. Kurtubi, batal jadi menteri ESDM? Image: sasak.org |
Dikutip
dari BBC Indonesia, pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada, Ari
Dwipayana, masalah ramping tidaknya kabinet tidak bisa diukur oleh jumlah
menteri semata dan terlalu dini untuk menilai kabinet Jokowi sekarang, dan
terlalu dini untuk kecewa dengan keputusan jumlah kementerian maupun postur
kabinet pemerintahan baru ini.
Jokowi juga mengumumkan bahwa jabatan wakil
menteri (wamen) akan dipangkas. Hanya pada kementerian luar negeri akan ada
posisi wakil menteri. Bisa dikatakan ini merupakan keputusan yang masuk akal
untuk merespon pentingnya penghematan anggaran pada kabinet Jokowi JK, karena
jabatan wakil menteri pada era SBY sangat ditentang dan menuai banyak kritik.
Lalu siapa
saja yang akan dipilih menjadi menteri baru? Jokowi sempat menyinggung tentang
kandidat ideal yang akan memimpin kementerian ESDM. Menurut situs
news.okezone.com ada 15 menteri ESDM, dan dari 15 kandidat mengerucut hanya
menjadi dua orang, yaitu Poltak Sitanggang dan Darwin Silalahi. Jika ini benar,
maka Pengamat minyak dan gas bumi dari Center for Petroleum and Energy
Economics Studies, DR. H. Kurtubi, SE, MSp, MSc, yang merupakan anggota Partai
Nasdem ini batal mendapat peluang sebagai Menteri ESDM.
Para Relawan Jokowi JK. Image: jokowidiary.blogspot.com |
Apakah Jokowi
terpengaruh dengan prahara yang terjadi di kementerian ESDM dimana Jero Wacik,
kader Partai Demokrat ini telah menjadi tersangka kasus korupsi, suap, bahkan
pemerasan.
Mungkin Jokowi trauma dan enggan menempatkan profesional atau para
ahli yang ada di partai koalisinya untuk menduduki jabatan menteri. Jokowi juga harus menegaskan kepada para menterinya supaya berani menolak untuk memberikan suap kepada anggota DPR. Para menteri di era Jokowi JK ini juga harus tahan uji untuk tidak meminta jatah kepada BUMN, dan tergoda suap oleh pihak asing maupun perusahaan swasta, apalagi menjadi sapi perah partai politik.
Di tengah
penolakan rakyat dan para aktivis serta kepala daerah yang menolak pemilihan
kepala daerah tidak langsung alias dipilih oleh DPRD, Jokowi JK harus bekerja
keras untuk memilih menteri yang tepat. Sebagaimana dijanjikan di masa kampanye
pilpres lalu, Jokowi dan JK harus teguh pendirian untuk mengutamakan calon
menteri yang jujur, punya integritas, tidak tersangkut kasus suap atau korupsi,
bahkan harus tidak tersangkut masalah susila, bukan saja harus memilih
profesional murni atau kaum profesional yang ada di partai politik.
Rakyat dan
para relawan Indonesia, begitu pula para pengamat serta komentator politik perlu
memberikan kesempatan kepada Jokowi untuk menggunakan hak prerogatifnya sebagai
presiden terpilih supaya bisa jernih memilih menteri yang bermutu tinggi sesuai
harapan rakyat, dan bisa memimpin kementerian untuk kepentingan rakyat menuju
Indonesia hebat dan sejahtera. Jokowi masih punya kesempatan emas untuk memberi "Jokowi effect", baik pada IHSG maupun kepada calon investor dan pelaku usaha ketika nanti secara resmi mengumumkan para menteri baru.
Komentar