Profil Capres 2014, sederhana vs mewah
Pilpres 2014 memang berbeda gaya dengan pilpres 2009, ketika itu rakyat melihat beberapa pasang calon presiden dan calon wakil presiden. Ketika itu rakyat terpesona dengan capres berwajah "ganteng", dan digandrungi ibu-ibu, kebetulan pula beliau gagah dan berlatar belakang militer, sehingga dianggap tegas dalam mengambil keputusan. SBY telah sukses mempesona para pemilih dalam dua periode. Kini kita "hanya" punya dua pasang saja, Jokowi - JK dan Prabowo - Hatta Rajasa.
Prabowo naik helikopter. Image: suluhbali.co |
Jokowi sering diasosiasikan dengan penampilan sederhana, merakyat, gemar blusukan dan tidak segan untuk naik sepeda atau bajaj. Jokowi juga gemar blusukan yang akhirnya banyak ditiru para caleg 2014 maupun calon gubernur, calon bupati atau calon walikota setiap ada pilkada, namun penampilan "apa adanya" dari Jokowi rupanya sulit ditiru karena blusukan Jokowi dilakukan dengan tulus. Gaya bicara Jokowi juga seperti masyarakat kecil, tidak sombong namun ucapannya dibuktikan dengan tindakan.
Jokowi naik sepeda ke KPU. Image: tempo.co |
Dengan gaya blusukan juga, Jokowi bisa menemukan kelemahan dan malasnya para birokrat. Tentu anda masih ingat bagaimana Jokowi sering menemukan pimpinan suatu kantor suku dinas atau kantor camat di Jakarta yang pelayanannya menyebalkan dan sangat lama. Namun, emosi Jokowi terkontrol dengan baik dan selalu ada solusi, misalnya lelang jabatan yang membuat ketar-ketir pejabat Pemda DKI, terutama yang berkinerja buruk.
Jokowi juga melanjutkan gaya pendekatan ala Solo ketika berhadapan dengan premen atau pedagang kaki lima, sehingga tidak perlu mengerahkan satpol PP untuk melakukan tindakan kekerasan. Masalah pemukiman liar di waduk pluit, dan berbagai tempat kumuh lainnya bisa diselesaikan dengan solusi, bukan penggusuran, misalnya pembangunan kampung deret atau memaksimalkan rumah susun yang banyak terbengkalai di era gubernur sebelumnya, bahkan banyak penyimpangan di berbagai rumah susun berhasil diungkap.
Prabowo bersama kuda peliharaanya. Image: progresivenews.com |
Dari berbagai solusi cerdas yang dilakukan oleh mantan walikota Solo ini, maka sangat aneh kalau Jokowi dituduh tidak bisa tegas. Terbukti Jokowi berani memberhentikan atau memutasi pejabat DKI yang melenceng dari aturan atau karena tidak bisa memberikan pelayanan kepada rakyat dengan baik.
Sementara
itu, ketika proses koalisi heboh, penonton televisi melihat Prabowo Subianto
tampil naik kuda atau helikopter. Di buaya feodal atau di kalangan milyader
kuda dan helikopter merupakan lambang status karena kuda memerlukan perawatan
dan biaya hidup yang mahal supaya kuda-kuda tersebut bisa tampil gagah dan
anggun. Tentu memiliki koleksi kuda yang mahal, apalagi kuda import bukanlah
perbuatan ilegal, begitu pula dengan menaiki helikopter juga merupakan tindakan
sah.
Para
pengguna Internet juga sempat dihebohkan dengan video Ical alias ARB yang
tengah berlibur ke Pulau Maladewa (Maldives Island) bersama Marcella Zalianty
dan Olivia Zalianty, dan Ketua DPP
Partai Golkar Aziz Syamsudin. Perjalanan itu sangat unik karena ARB merupakan
pengusaha terkenal negeri ini, sekaligus Ketua Umum Partai Golkar, namun
berlibur dengan jet pribadi yang tentu saja mahal, namun bukan dengan istri
atau keluarganya, padahal Ical punya seorang istri sah.
ARB, Marcella dan Olivia Zalianty liburan ke Maladewa. Image: istimewa |
Masalah tersebut
berlalu dengan sendirinya karena istri ARB memberikan pangakuan bahwa Marcella
dan Olivia Zalianty telah dianggap sebagai anak mereka sendiri. Namun, menurut
adat ketimuran, liburan tersebut tentu bukan tindakan elok dilakukan pria yang sudah beristri bersama wanita yang bukan keluarganya. Ada perdebatan etika tentu saja, tentu mayoritas orang Indonesia kurang setuju dengan liburan ala ARB dan Aziz Syamsudin tersebut. Semoga tidak ada lagi tokoh politik melakukan liburan semacam itu.
Prabowo ketika kampanye di GBK. Image: tempo.co |
Prabowo memang nampak lebih gagah daripada Jokowi, begitu pula gaya pidado Prabowo yang meniru Bung Karno. Para pengagum Prabowo tentu setuju, bahwa gaya pidato dan retorika yang meniru Bung Karno dianggap sangat menarik. Sementara itu Jokowi memang belum ahli pidato, dan belum ahli dalam memilih pakaian untuk kampanye atau kegiatan lainnya.
Jokowi hanya bisa tampil apa adanya dengan baju dan sepatu murah sekelas pasar Tanah Abang. Menurut FX Hadi Rudyatmo, mantan wakil walikota Solo, yang kini menjadi walikota Solo karena menggantikan Jokowi yang jadi gubernur DKI - Jokowi memang bukan anak orang kaya, bahkan pernah digusur, namun berkat keuletannya, Jokowi sukses menjadi pengusaha mebel atau furniture, bahkan mengeksport produknya ke luar negeri, sehingga menambah devisa bagi negara.
Jokowi dan FX Hadi Rudyatmo. Image: solopos.com |
Pengalaman Jokowi sebagai eksportir yang berpengalaman pameran dan melakukan negosiasi bisnis di luar negeri ternyata bisa memberi inspirasi kepada pria sederhana ini untuk memaksimalkan tugas para duta besar Indonesia di luar negeri, bukan hanya tampil di acara-acara seremonial, namun harus bisa menjadi "marketer" atau bisa mempromosikan produk-produk dan kebudayaan Indonesia di luar negeri termasuk potensi pariwisata negara kita yang beragam ini.
Sebagaimana kita ketahui, Jokowi merupakan gubernur yang paling banyak mendapat kunjungan duta besar negara asing yang bertugas di Indonesia, bahkan mereka berebut untuk berfoto bersama dengan Joko Widodo. Beberapa pemimpin luar negeri seperti Perdana Menteri Belanda juga pernah blusukan dengan Jokowi di Waduk Pluit. Tentu ada sisi menarik pada seorang Jokowi di mata para pemimpin luar negeri.
Jokowi blusukan diliput pers luar negeri. Image: megapolitan.kompas.com |
Prabowo
memang lahir dari keluarga elit karena Prabowo merupakan putra Profesor
Soemitro Djojohadikoesoemo yang merupakan salah satu arsitek ekonomi di era
orde baru. Prabowo juga pernah menikmati pendidikan di Inggris, bahkan
sebagaimana ditulis oleh website nasional.news.viva.co.id, sepuluh tahun masa
kecil Prabowo dihabiskan di Singapura, Malasyia, Hongkong, Swiss dan Inggris.
Masuk akal jika Prabowo biasa tampil lebih elegan daripada Jokowi yang hanya
lulusan sekolah negeri dari SD sampai SMA, dan lulus sebagai insinyur kehutanan
di UGM.
Tentu tidak fair jika membandingkan latar belakang Jokowi yang lahir dari keluarga sederhana dengan Prabowo yang lahir di tengah keluarga yang lebih intelek, namun pribadi mereka bisa dilihat oleh rakyat dan para sahabatnya. Siapa dari mereka yang pantas untuk menjadi Presiden RI ke 7 akan menjadi keputusan murni dari masyarakat atau para pemilihnya pada 9 Juli 2014. Rakyat tidak mau diintimidasi oleh Babinsa dengan alasan survey, namun mengarahkan rakyat kecil untuk memilih. Apa motivasi survey Babinsa ini? Kan sudah ada lembaga survey yang telah diakui oleh KPU untuk melakukan survey. Jangan lagi gaya orde baru diulang di era demokrasi ini. Rakyat sudah lama cerdas, dan ingin memilih presiden yang merakyat dan faham dengan aspirasi rakyat. Indonesia membutuhkan presiden yg pluraris, anti diskriminasi dan tentu saja dibutuhkan presiden yang bisa kerja, bukan hanya bisa pidato.
Prinspip pemilu adalah jujur, bebas, rahasia dan semua pemilih harus bebas memilih, sesuai dengan hati nurani masing-masing.
Komentar