Gaya Jokowi JK dan Prabowo Hatta pada debat Capres 2014
Penampilan Jokowi JK pada debat capres 2014. Image: solopos.com |
Apakah anda juga menonton debat capres 2014 yang pertama? Siapakah pemenang pada debat antara Jokowi JK versus Prabowo Hatta pada 9 Juni 2014 di Balai Sarbini Jakarta?
Masyarakat
Indonesia, baik calon pemilih maupun yang belum berhak memilih – karena belum
cukup umur atau karena dilarang undang-undang – pasti punya tanggapan beraneka
ragam pada penampilan Jokowi JK dan Prabowo Hatta pada debat capres 9 Juni 2014
yang disiarkan banyak stasiun televise. Dengan Zainal Arifin Mochtar, moderator yang
berpenampilan baik, debat tersebut telah berjalan dengan lancar, meskipun
banyak yel-yel dan tepuk tangan yang harus diatur oleh sang moderator.
Debat perdana dengan tema Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan Bersih dan Kepastian Hukum tersebut sempat membuat
para pemirsa televisi terkejut ketika Jusuf Kalla melemparkan pertanyaan ke
kubu Prabowo-Hatta tentang komitmen penegakan hukum untuk pelanggaran HAM masa
lalu. Prabowo nampak “emosi” ketika itu. Prabowo sempat bernada cukup tinggi
soal pertanyaan calon wakil presiden nomor urut dua, Jusuf Kalla.
Prabowo pun
sempat menyela pertanyaan Jusuf Kalla yang menurutnya kurang tepat saat
menyebutkan bahwa semua pelanggar HAM adalah orang yang membawa bom. Setelah
ditengahi oleh moderator, Jusuf Kalla ingin menegaskan maksud Prabowo soal
penilaian dugaan kasus masa lampau yang disebutnya tergantung penilaian dari
atasan mantan Panglima Komando Startegi Angkatan Darat itu.
Seandainya Prabowo bisa tampil lebih elegan, dan tidak emosi, maka publik
dan pengamat tentu tidak akan menilai Prabowo telah tampil emosi pada debat
tersebut. Kita masih ingat bahwa Jokowi diragukan akan tampil prima pada debat
pertama tersebut, namun publik telah melihat Jokowi tampil lumayan menawan dan
bisa memberikan argumentasi atau pemaparan secara konstekstual pada masalah
hukum maupun demokrasi maupun persoalan birokrasi pemeritahan. Jusuf Kalla
dengan “pengalamannya” sebagai wapres dan mantan menteri juga bisa menjadi
tandem yang bagus untuk Jokowi.
Bagaimana pendapat para
pengamat?
Menurut Emrus Sihombing, pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan
bahwa pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, terlalu percaya diri dan tampak
kurang persiapan. Dalam beberapa kesempatan, keduanya terlihat tak terarah
dalam menjawab pertanyaan, salah satunya saat Prabowo ditanya soal isu
pelanggaran hak asasi manusia tahun 1998.
Kubu Prabowo menilai bahwa Prabowo telah memenangkan debat tahap pertama
tersebut. Sementara itu sebagaimana bisa kita lihat pada situs solopos.com, Heri Budianto pengamat komunikasi politik dari
Universitas Mercu Buana mengatakan bahwa, ““Saya melihat Jokowi-JK lebih bisa
memberikan jalan keliar terhadap persoalan-persoalan yang berkaitan dengan tema
debat, sedangkan Prabowo-Hatta lebih terkesan normatif karena seringkali
menjawab dengan retorika,”
Jokowi juga dinilai tampil dengan bahasa sederhana, sehingga lebih mudah
dipahami masyarakat yang tidak berpendidikan tinggi. Heri menilai keduanya
memiliki kekuatan yang cukup seimbang dalam perdebatan pertama ini. Dari tiga
aspek yang dibahas dalam perdebatan ini kedua pasangan telah memberikan jawaban
yang cukup seimbang. Jika kita perhatikan dengan baik, maka pada topik tentang kebijakan
publik, Jokowi-JK lebih aplikatif dan terukur, karena keduanya sudah punya
pengalaman di pemerintahan, sedangkan pasanga Prabowo-Hatta kurang memberikan
jawaban secara kongkrit, padahal Hatta Rajasa sudah berpengalaman sebagai
menteri Perhubungan maupun sebagai Menko Ekuin.
Ada pendapat unik dari Taufik Baharudin di TVOne ada perbedaan mendasar
antara gaya kepemimpinan Prabowo dan Jokowi. Prabowo, dinilainya merupakan tipe
leader sementara Jokowi dinilainya sebagai tipe manajerial. “Kita lihat kan
tadi Pak Prabowo berbicara di tataran makro dengan konsep-konsep, sementara Pak
Jokowi dengan gayanya berbicara di tataran pelaksanaan. Pak Jokowi ini
merupakan tipe manajer, dengan gayanya dia lebih people oriented dia seorang
manajer” katanya. Pendapat Taufik agak aneh, jika Jokowi tidka punya jiwa
seorang pemimpin atau jiwa leadership, maka Jokowi tidak akan berhasil memimpin
Solo sebagai walikota.
Tanpa jiwa leadership yang baik, Jokowi pasti gagal untuk berdialog dengan
para pedagang kakilima ketika Jokowi akan menata Solo menjadi lebih tertib dan
rapi. Jokowi justru menggunakan cara-cara musyawarah, dialog dan memberi contoh
tentang kejujuran, disiplin dan berbagai aspek positif lainnya.
Namun, sudah
pasti Jokowi juga merupakan seorang manager yang handal, sehingga birokrasi
bisa dibikin lebih efektif, dan ini juga dibuktikan sejak awal Jokowi menjabat
sebagai gubernur DKI. Gaya blusukannya juga merupakan tipe leader atau pemimpin
yang ingin mendengar langsung aspirasi rakyat, bukan hanya mendengar laporan
bawahan yang cenderung ABS (Asal Bapak Senang), dan Jokowi tidak bisa
dipermainkan dengan laporan bawahan begitu saja.
JK dan Jokowi usai debat. Image: news.detik.com |
Kita harapkan debat selanjutnya akan lebih baik, sehingga akan nampak lebih
jelas perbedaan visi dan misi Prabowo Hatta maupun Jokowi JK. Masyarakat sangat
merindunkan presiden yang bisa tampil apa adanya, bukan meniru tokoh lain,
apalagi hanya bisa meniru gaya pidato atau cara berpakaiannya. Rakyat ingin
melihat dan merasakan gaya kepemimpinan yang egaliter, dan bisa bekerja untuk
kesejahteraan rakyat.
Apa pendapat anda tentang debat pertama tersebut?
Komentar