Siapkah Indonesia dengan revolusi mental ala Jokowi?
Menurut Jokowi, Indonesia
adalah negara besar. Namun, masyarakat Indonesia sering tidak percaya
diri saat menghadapi tantangan-tantangan zaman. Oleh sebab itu, pola
pikir rakyat Indonesia harus diubah melalui kepemimpinan dirinya. Setelah 32 tahun di bawah orde baru, dan lebih dari 10 tahun era reformasi, ternyata mental masyarakat, begitu pula para pejabatnya, anggota legislatif dan para pemuda Indonesia belum berubah secara mental.
Apakah revolusi mental ala Jokowi bisa membuat bangsa Indonesia termotivasi untuk lebih kreatif, lebih inovatif, lebih jujur, anti korupsi dan tidak melanggar HAM dalam segala bentuknya? Ujung dari revolusi mental adalah Indonesia yang lebih bermartabat, dan jaya, sehingga punya wibawa di mata internasional.
Jalan raya masih dipenuhi kendaraan bermotor yang saling serobot, telat ke kantor dan bolos sidang di gedung DPR dianggap biasa saja, begitu pula mental menunda-nunda pekerjaan dan tugas di kalangan pemerintah dan badan legislatif sudah menjadi kebiasaan, apalagi korupsi, bahkan sudah dianggap sebagai budaya.
Anehnya di era reformasi korupsi semakin parah, bahkan di Kementrian Agama dana haji pun dikorupsi, dan sangat menyedihkan pula pencetakan Al Qur'an pun dikorupsi.
Sementara itu SDA (Suryadharma Ali) menteri agama yang telah ditetapkan sebagai tersangka korupsi dana haji oleh KPK, tidak mau mengundurkan diri. Di negara maju seperti Jepang, Korea Selatan atau Eropa, jika ada pejabat publik yang diduga korupsi atau terlibat suatu skandal pasti mengundurkan diri tanpa harus didesak oleh media atau demonstrasi mahasiswa.
Andi Mallarangeng bersedia mundur begitu dinyatakan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus korupsi Hambalang, ini patut diapresiasi sebagai sebuah revolusi mental. Sayang sekali SDA menolak mundur meskipun telah disindir dan dihimbau para pengamat di berbagai media televisi, mungkin karena Prabowo yang menyatakan bahwa dalam hatinya Prabowo Subianto tidak percaya kalau SDA korupsi.
Siapkah rakyat Indonesia untuk berubah?
Yang perlu melakukan revolusi mental bukan hanya para pejabat pemerintah atau anggota DPR dan penegak hukum di lembaga yudikatif, melainkan seluruh komponen bangsa dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, juga di semua lembaga formal dan non formal termasuk semua ormas maupun berbagai LSM.
Jika Jokowi menulis artikel tentang revolusi mental sebenarnya bukan hal baru bagi Jokowi, karena sejak menjabat sebagai walikota Solo selama dua periode, Jokowi telah melaksanakan revolusi mental dari pembenahan birokrasi, misalnya memperpendek proses pembuatan ijin usaha yang biasanya memakan waktu berbulan-bulan bisa dipangkas menjadi maksimal hanya satu bulan. Pendekatan Jokowi untuk merapikan pedagang kaki lima juga merupakan contoh revolusi mental, yaitu bagaimana caranya menjalankan usaha dagang secara tertib tanpa mengganggu kelancaran lalu lintas.
Ketika Jokowi terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, revolusi mental juga dilakukan dengan sangat baik, misalnya merapikan kampung kumuh di pinggir kali dengan membangun kampung deret, merapikan waduk Pluit supaya kembali berfungsi sebagai pengendali banjir Jakarta, juga di Banjir Kanal Timur yang kini nampak asri dan hijau seperti Waduk Pluit. Masyarakat sekitar pun bisa menikmati taman yang indah dan manusiawi. Ahok alias Basuki Tjahaya Purnama sebagai wakil gubernur merupakan pasangan yang sangat cocok bagi Jokowi untuk mengubah birokrasi di Jakarta supaya lebih efesien, dan bebas korupsi.
Revolusi mental yang akhirnya muncul sebagai artikel heboh di harian Kompas semoga bisa diterjemahkan oleh para relawan dan pendukung Jokowi selama kampanye pilpres 2014, sehingga masyarakat calon pemilih mendapatkan pendidikan politik dan sekaligus persiapan mental untuk mewujudkan Indonesia Hebat. Jokowi bisa membuktikan bahwa seorang pemimpin sipil pun bisa tegas dalam menjalankan pemerintahan sebagaimana telah dibuktikan oleh Jokowi di Solo, dan kini di Jakarta. Indonesia telah dua kali dipimpin oleh presiden dengan latar belakang militer, namun rakyat Indonesia belum bergerak ke arah yang lebih disiplin dan menunjukkan kinerja baik khususnya di kalangan birokrasi. Jusuf Kalla yang inovatif dalam perekonomian, dan punya kepemimpinan yang baik diharapkan bisa menjadi pasangan Jokowi yang baik seperti telah dibuktikan oleh Ahok selama mendampingi Jokowi di DKI Jakarta. Jokowi dan Ahok merupakan pasangan ideal pejabat tinggi Indonesia yang perlu ditiru oleh para gubernur, bupati, walikota bahkan oleh para camat dan lurah seluruh Indonesia.
Apakah kita siap untuk melakukan revolusi mental?
Apakah revolusi mental ala Jokowi bisa membuat bangsa Indonesia termotivasi untuk lebih kreatif, lebih inovatif, lebih jujur, anti korupsi dan tidak melanggar HAM dalam segala bentuknya? Ujung dari revolusi mental adalah Indonesia yang lebih bermartabat, dan jaya, sehingga punya wibawa di mata internasional.
Siap revolusi mental ala Jokowi. Image: tempo.co |
Jalan raya masih dipenuhi kendaraan bermotor yang saling serobot, telat ke kantor dan bolos sidang di gedung DPR dianggap biasa saja, begitu pula mental menunda-nunda pekerjaan dan tugas di kalangan pemerintah dan badan legislatif sudah menjadi kebiasaan, apalagi korupsi, bahkan sudah dianggap sebagai budaya.
Anehnya di era reformasi korupsi semakin parah, bahkan di Kementrian Agama dana haji pun dikorupsi, dan sangat menyedihkan pula pencetakan Al Qur'an pun dikorupsi.
SDA siap mundur? Image: suara.com |
Sementara itu SDA (Suryadharma Ali) menteri agama yang telah ditetapkan sebagai tersangka korupsi dana haji oleh KPK, tidak mau mengundurkan diri. Di negara maju seperti Jepang, Korea Selatan atau Eropa, jika ada pejabat publik yang diduga korupsi atau terlibat suatu skandal pasti mengundurkan diri tanpa harus didesak oleh media atau demonstrasi mahasiswa.
Andi Mallarangeng bersedia mundur begitu dinyatakan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus korupsi Hambalang, ini patut diapresiasi sebagai sebuah revolusi mental. Sayang sekali SDA menolak mundur meskipun telah disindir dan dihimbau para pengamat di berbagai media televisi, mungkin karena Prabowo yang menyatakan bahwa dalam hatinya Prabowo Subianto tidak percaya kalau SDA korupsi.
Siapkah rakyat Indonesia untuk berubah?
Yang perlu melakukan revolusi mental bukan hanya para pejabat pemerintah atau anggota DPR dan penegak hukum di lembaga yudikatif, melainkan seluruh komponen bangsa dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, juga di semua lembaga formal dan non formal termasuk semua ormas maupun berbagai LSM.
Jika Jokowi menulis artikel tentang revolusi mental sebenarnya bukan hal baru bagi Jokowi, karena sejak menjabat sebagai walikota Solo selama dua periode, Jokowi telah melaksanakan revolusi mental dari pembenahan birokrasi, misalnya memperpendek proses pembuatan ijin usaha yang biasanya memakan waktu berbulan-bulan bisa dipangkas menjadi maksimal hanya satu bulan. Pendekatan Jokowi untuk merapikan pedagang kaki lima juga merupakan contoh revolusi mental, yaitu bagaimana caranya menjalankan usaha dagang secara tertib tanpa mengganggu kelancaran lalu lintas.
Jokowi dan Ahok pasangan revolusi mental. Image: jokowidiary.blogspot.com |
Ketika Jokowi terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, revolusi mental juga dilakukan dengan sangat baik, misalnya merapikan kampung kumuh di pinggir kali dengan membangun kampung deret, merapikan waduk Pluit supaya kembali berfungsi sebagai pengendali banjir Jakarta, juga di Banjir Kanal Timur yang kini nampak asri dan hijau seperti Waduk Pluit. Masyarakat sekitar pun bisa menikmati taman yang indah dan manusiawi. Ahok alias Basuki Tjahaya Purnama sebagai wakil gubernur merupakan pasangan yang sangat cocok bagi Jokowi untuk mengubah birokrasi di Jakarta supaya lebih efesien, dan bebas korupsi.
Jokowi JK siap revolusi mental. Image: forumkeadilan.com |
Revolusi mental yang akhirnya muncul sebagai artikel heboh di harian Kompas semoga bisa diterjemahkan oleh para relawan dan pendukung Jokowi selama kampanye pilpres 2014, sehingga masyarakat calon pemilih mendapatkan pendidikan politik dan sekaligus persiapan mental untuk mewujudkan Indonesia Hebat. Jokowi bisa membuktikan bahwa seorang pemimpin sipil pun bisa tegas dalam menjalankan pemerintahan sebagaimana telah dibuktikan oleh Jokowi di Solo, dan kini di Jakarta. Indonesia telah dua kali dipimpin oleh presiden dengan latar belakang militer, namun rakyat Indonesia belum bergerak ke arah yang lebih disiplin dan menunjukkan kinerja baik khususnya di kalangan birokrasi. Jusuf Kalla yang inovatif dalam perekonomian, dan punya kepemimpinan yang baik diharapkan bisa menjadi pasangan Jokowi yang baik seperti telah dibuktikan oleh Ahok selama mendampingi Jokowi di DKI Jakarta. Jokowi dan Ahok merupakan pasangan ideal pejabat tinggi Indonesia yang perlu ditiru oleh para gubernur, bupati, walikota bahkan oleh para camat dan lurah seluruh Indonesia.
Apakah kita siap untuk melakukan revolusi mental?
Komentar