Partai Demokrat pun galau, ada wacana Sultan HB X dicapreskan
Megawati dan ARB koalisi? Image: nefosnews.com |
Sri Sultan HB X, capres demokrat? Image: jogja.tribunnews.com |
Sementara itu, Partai Golkar tak kalah galau, dalam dua hari terakhir ini, mungkin sampai menjelang Rapimnas, Ical alias ARB dan para elitenya akan sibuk ke sana kemari bertemu elite parpol lain. ARB sudah ketemu SBY di Istana, Icap pun telah menemui Megawati Sukarno Putri, sehari setelah Aburizal Bakrie bertemu Joko Wi di Pasar Gembrong, dan menurut Joko Wi acara "blusukan" di pasar tradisional sudah merupakan "titik temu" untuk koalisi. Dengan yakin pula ARB mengatakan telah ada kejelasan koalisi dengan PDI P, namun Tjahjo Kumolo, sekjen PDIP mengatakan bahwa belum ada kesepakatan koalisi pasti antara Golkar dengan PDI P karena Ical harus mendapat persetujuan pada rapimnas Golkar dalam waktu dekat ini.
Lalu Partai Hanura arahnya kemana?
Jenderal Purnawan Wiranto juga nampak bingung karena belum punya jodoh koalisi, meskipun mengaku telah bertemu dengan banyak tokoh dan pimpinan partai lain. Begitu pula PKS apakah akan serius bersanding dengan Partai Demokrat atau Partai Gerindra. Nampaknya Demokrat kurang nyaman untuk kembali berkoalisi dengan PKS, mengingat sikap dan tindakan PKS di DPR selama 5 tahun terakhir ini.
Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo. Image: republica.co.id |
Sementara itu Goenawan Mohamamad, wartawan senior dan idealis dari Majalah Tempo merasa sangat kecewa dengan keputusan PAN untuk mendukung Prabowo sebagai capres, meskipun ketua umum PAN, Hatta Rajasa menjadi cawapres Prabowo pada pilpres 2014 mendatang, sehingga Goenawan Mohammad memutuskan untuk mundur dari PAN alias berhenti menjadi anggota partai berlambang matahari tersebut. Mundurnya Goenawan ini tentu bukan berita bagus untuk PAN maupun Partai Gerindra.
Goenawan Mohamad penulis catatan pinggir majalah Tempo. Image: tempo.co |
Barangkali, sebagai wartawan senior di majalah ternama tersebut telah mengetahui bagaimana sebenarnya rekam jejak Prabowo Subianto, terutama bila dikaitkan dengan masalah hak asasi manusia atau kasus penculikan para aktivis atau mahasiswa pada tahun 1998 yang kasusnya belum jelas secara hukum sampai saat ini.
Masyarakat kini telah mendapatkan gambaran kepada siapa pilihan akan dijatuhkan pada saat mencoblos pada 9 Juli 2019. Setelah Prabowo resmi memiliki cawapres, yaitu Hatta Rajasa, dan kini rakyat juga sedang menantikan cawapres yang akan dipilih oleh Joko Wi, apakah masih mungkin memilih Mahfud MD, Abraham Samad atau Jusuf Kalla. Joko Wi mengaku tidak memiliki kekuatan (uang banyak) untuk kampanye pada pilpres 2014, sehingga sangat dibutuhkan dukungan tulus dari para relawan pendukung Joko Wi, dan para relawan yang merupakan tim sukses Joko Wi semakin banyak bermunculan di banyak kota di Indonesia.
Rakyat Indonesia pun berdoa, semoga calon presiden yang jujur, rendah hati dan tidak tersangkut korupsi, juga tidak terlibar masalah dengan rakyat seperti hutang kepada masyarakat kecil, apalagi yang diduga terlibar masalah hak asasi manusia di masa lalu.
Komentar