Mimpi Amien Rais hidupkan poros tengah, mau menjegal siapa?
Amien Rais "sang tokoh reformasi". Image: seasite.niu.edu |
Para pengamat, orang cerdas dan para pendukung PDI P pun merasa heran, kok pemenang Pemilu tidak bisa mengusung Megawati sebagai presiden, akibatnya demonstrasi terjadi besar-besaran di depan dan sekitar gedung MPR/DPR, dan dibuatlah skenario supaya Megawati jadi wakil presiden saja, namun juga dengan setengah hati karena diputuskan dengan cara voting.
Beruntung masih ada anggota DPR atau MPR terutama dari PKB yang masih waras, sehingga Megawati bisa jadi wakil presiden mendampingi Gus Dur. Amien Rais jadi ketua MPR.
Nostalgia poros tengah dimulai lagi, juga dengan pola yang hampir sama dimana PAN, PKS, PPP dan PKB bukan peraih suara besar dicoba untuk digiring supaya membuat poros tengah baru, dan apapun namanya itu.
Menurut informasi pada artikel di Indonesiasatu.kompas.com,Wakil Ketua Umum DPP PAN Dradjad Wibowo mengatakan bahwa "Jadi sulit ada "Superman" yang bisa seorang diri menjaga dan membangun Indonesia. Karena itu diperlukan kebersamaan dari sebanyak mungkin kekuatan politik maupun non-politik," Koalisi poros tengah ini diutak-atik menjadi Poros Indonesia Raya, yaitu akan berkumpul beberapa partai Islam yang punya suara cukup untuk masuk parlemen. Nama Indonesia Raya hanya sebuah ilusi nampaknya, supaya bisa membuat masyarakat tertarik.
Rhoma Irama dan Muhaimin Iskandar. Image: theglobejournal.com |
Apakah ada peluang partai lain seperti Partai Demokrat untuk masuk? Sementara itu, Cak Imin alias Muhaimin Iskandar pernah mengatakan kapok untuk berkoalisi dengan partai yang dijuluki poros tengah ini. Cak Imin pasti tidak lupa dengan koalisi SBY dengan yang tidak solid, bahkan sering tidak sejalan ketika akan memuluskan suatu undang-undang atau isu tertentu di gedung DPR, namun si partai tersebut tidak mau secara jantan keluar dari koalisi SBY karena happy dengan jabatan menteri.
Apakah mereka akan berhasil mengikuti impian Amien Rais ini? Siapa saja yang siap diajak bernostalgia oleh Amien Rais?
Kita masih ingat, Amien Rais dengan kewenangannya sebagai ketua MPR ketika itu (1999), mengeluarkan gagasan tentang negara federasi dan amandemen UUD 1945. Sejak itu dan sampai sekarang UUD '45 telah diamandemen sebanyak 4 kali dalam waktu singkat. Namun, dengan segala macam kepentingan yang ada di hati para politikus atau elite politik di DPR, maka amandemen UUD tidak nyambung satu sama lain. Pemerintah Pusat tidak lagi punya wibawa kepada pemerintah daerah, dan kita mengetahui para gubernur pun sering tidak digubris oleh para bupati yang partainya berbeda, misalnya bupati tidak hadir kalau ada rapat dengan gubernur.
Partai Poros Tengah. Image: pemilu.sindonews.com |
Prestasi luar biasa dari otonomi daerah yang kebablasan adalah jumlah penduduk Indonesia juga meningkat sangat signifikan karena KB gagal, tetapi kesejahteraan rakyat terabaikan. Korupsi pun semarak di berbagai kabupaten dan provinsi, dan terjadi korupsi berjemaah di antara legislatif dan eksekutif, diikuti pula kalangan yudikatif, termasuk di gedung DPR Senayan, Jakarta.
Politik di Indonesia telah kehilangan roh tujuan politik untuk menjadikan kekuasaan untuk mensejahterakan rakyat, dan telah berubah menjadi sarang korupsi khususnya di lembaga legislatif. Para anggot DPR rajin tidur di ruang sidang, senang membolos, dengan santainya menikmati video porno, interupsi dengan suara galak, dan dengan senang mempermainkan anggaran, studi banding ke luar negeri yang terbukti hanya memboroskan anggaran untuk jalan-jalan, sehingga para mahasiswa Indonesia di luar negeri menjadi muak melihat mereka seperti turis kampungan dan berbelanja di mall-mall mahal luar negeri, bahkan tidak malu-malu mengajak pasangan atau istrinya.
Kini poros tengah model baru akankah berhasil? Sulit untuk mempercayai omongan mereka di televisi bahwa koalisi poros tengah baru ini untuk kepentingan rakyat. Apakah mereka belum puas mempermainkan hati rakyat dengan berbagai jargon politik yang tidak etis. Jika partai-partai yang kalah memang idealis dan jantan, seharusnya mereka siap menjadi oposisi seperti telah dibuktikan oleh PDI P yang telah menjadi oposisi selama 10 tahun atau dua periode. Rasanya para partai yang kalah ini belum siap untuk beroposisi karena ingin kursi menteri, bahkan ingin jabatan presiden atau wakil presiden. Seolah-olah partai yang mereka dirikan telah berubah menjadi Perseoran Terbatas yang mengejar target keuntungan.
Jika rakyat memang cerdas dan peduli, maka politik untuk semata-mata kekuasaan seharusnya tidak boleh dibiarkan. Rakyat menantikan pemilihan umum presiden 2014 yang lebih jantan, lebih elegan.
Komentar