Pengamat meminta Ical alias ARB evaluasi pencalonnya sebagai Capres 2014
Ketika Joko Wi blusukan dengan PM Belanda Mark Rutte. Image: spdi.eu |
Kini gara-gara video Maladewa, keraguan itu kembali muncul.
ARB bersama istrinya dan kader Golkar. Image: politik.news.viva.co.id |
Aburizal Bakrie atau Ical mendapat kritik diminta melakukan instrospeksi diri. Karena kalau dipaksakan hal itu bakal semakin menurunkan elektabilitas Partai Golkar menjelang Pemilu Legislatif pada 9 April 2014. Pada akhir acara diskusi penelitian Di antara Persepsi Publik dan Persepsi Elit : Jokowi Effect vs Zalianty Effect, seorang pengamat politik, Emrus mengatakan bahwa sudah waktunya ARB melakukan evaluasi untuk mundur menjadi capres, karena gara-gara video Maladewa elektibiltas ARB sudah tersalip oleh kader lain, sehingga elektibilitas Golkar pun ikut menurun, diskusi unik ini dilakukan 31 Maret 2014 di Gran Melia, Jakarta. Meskipun Tety bakrie istri ARB telah memberikan klarifikasi tentang video Maladewa, bahwa Marcella Zalianty dan Olivia adalah teman anak-anak mereka, ternyata klarifikasi tersebut belum mampu mengangkat elektibilitas ARB sebagai Capres.
Peluang Priyo Budi Santoso ebagai Capres Golkar? Atau Nurul Arifin?
Priyo Budi Santoso. Image: dakta.com |
Nurul Arifin. Image: kaskus.co.id |
Tentu tidak masalah, Golkar banyak punya calon lain seperti Akbar Tanjug, Jusuf Kalla, atau mungkin Nurul Arifin, artis yang sudah piawai sebagai anggota DPR. Nurul Arifin termasuk kader partai dari kalangan artis yang cerdas, dan cepat belajar.
Sementara itu, masih dari detik.news, diumumkan pula survey yang menyebutkan bahwa
Survei CSIS : PDIP Pemenang Pemilu, Tapi 50% Pemilih Masih Bisa Berubah, disebutkan bahwa elektibilitas PDI Perjuangan pada pemilu 2014 adalah tertinggi, yaitu sebesar 20,1%, sementara Golkar ada di nomor 2, yaitu sebesar 15,8%, diikuti Gerindra 11,3%, dan paling bontot adalah Partai PKPI 0,5%. Survey selengkapnya adalah sbb:
1. PDIP 20,1%
2. Golkar 15,8%
3. Gerindra 11,3%
4. Hanura 6,7%
5. PKB 6,7%
6. Demokrat 5,8%
7. PAN 4,8%
8. PPP 3,5%
9. PKS 3,4%
10. Nasdem 3,2%
11. PBB 1,3%
12. PKPI 0,5%
Jika memperhatika hasil survey yang dilakukan oleh CSIS tersebut, maka PDI Perjuangan perlu berpikir untuk mencari teman koalisi, seandainya PDI Perjuangan tidak genap mencapai suara 20 persen atau hanya pas 20 persen. Pada sistem multi partai dan lemahnya sistem sistem presidensial sejak bergulirnya reformasi 1998, maka mau tidak mau PDI P harus pandai mencari teman koalisi yang setia dan siap mendukung di eksekutif maupun di DPR. Jangan sampai mengalami nasib buruk seperti Partai Demokrat - di mana ada anggota koalisi yang menelikung demokrat di DPR, namun tidak jantan untuk keluar dari koalisi atau kabinet SBY.
Jika Joko Wi berhasil memenangkan Pilpres pada Juli 2014, maka Joko Wi sebagai presiden terpilih harus cermat dan hati-hati ketika memilih menteri yang berasal dari luar PDI Perjuangan, bahkan tidak boleh sembarangan ketika memilih Menteri dari kalangan profesional non partai, karena dalam setiap hati calon menteri non partisan, pasti ada simpati pada partai tertentu. Rakyat sudah lelah dengan kegaduhan politik seperti yang pernah terjadi pada koalisi pemerintahan SBY.
Aziz Syamsuddin pada video Maladewa. Image: politik.kompasiana.com |
Dengan adanya pendapat pengamat tentang pentingnya Aburizal Bakrie untuk evaluasi dan mundur dari pencapresan, apakah ARB akan tetap semangat dan bersikeras untuk menjadi Capres?
Menjadi pertanyaan pula apakah Aziz Syamsuddin juga akan melakukan evaluasi tentang karirnya di Golkar dan DPR? Video Maladewa, jika dialami oleh politikus atau calon pemimpin negara di luar negeri, pasti akan mengundurkan diri, namun politik Indonesia memang unik, berbeda dengan etika politik di negara maju seperti Jepang, Inggris atau Amerika Serikat. Hanya Andi Malarangeng yang terbukti jantan mau mundur dari jabatannya sebagai Menpora ketika akan dijadikan tersangka kasus korupsi oleh KPK dalam kasus Hambalang.
Rakyat Indonesia tentu sabar menanti setiap perkembangan, misalnya komentar para pengamat, survey baru, talk show di televisi, dan sebagainya.
Komentar