Mahalnya transformasi Ical menjadi ARB
Susilo Bambang Yudhoyono dikenal dengan nama SBY, begitu pula Jusuf Kala
disebut dengan nama JK. Demikian pula Joko Widodo biasa dipanggil Joko Wi. Tokoh politik legendaris di Amerika Serikat, John F
Kenedy sangat terkenal dengan sebutan JFK, begitu pula banyak selebriti seperti penyanyi, bintang film, atau atlit banyak
yang memiliki nama lain berupa singkatan atau julukan unik, dan membuat mereka
mudah dikenal oleh penggemar dan pendukung politik mereka. Mereka tidak
mengeluarkan biaya khusus untuk mempopulerkan nama kecil, nick name atau
julukan mereka kepada publik karena semua sudah melekat dalam nama resmi
mereka.
ARB dalam lomba avatar. Image: trismadeviant.deviantart.com |
Susilo Bambang Yudhoyono tidak perlu membuang uang untuk mengubah namanya
menjadi SBY. Wartawan telah sejak lama menulis namanya dengan singkatan SBY,
begitu pula JK merupakan singkatan Jusuf Kala. Kedua tokoh ini pernah menjadi
menteri, bahkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.
Kita masih ingat sebuah nama yang juga terkenal, yaitu Ical, nick name dari Aburizal Bakrie yang dikenal masyarakat sebagai pengusaha (anak pengusaha), pernah memimpin KADIN dan sempat menjadi menteri di jaman reformasi. Sempat pula berseberangan dengan Sri Mulyani dalam kasus pajak yang menyangkut beberapa perusahaan dalam group Bakrie.
Kita masih ingat sebuah nama yang juga terkenal, yaitu Ical, nick name dari Aburizal Bakrie yang dikenal masyarakat sebagai pengusaha (anak pengusaha), pernah memimpin KADIN dan sempat menjadi menteri di jaman reformasi. Sempat pula berseberangan dengan Sri Mulyani dalam kasus pajak yang menyangkut beberapa perusahaan dalam group Bakrie.
Akhirnya Ical terpilih sebagai ketua umum Partai Golongan Karya (Golkar),
sampai akhirnya dia ngotot ingin jadi presiden, lalu Golkar pun mencalonkannya
sebagai capres Golkar. Setahun yang lalu masyarakat (penonton televisi di TV
One, berlanjut di TV lainnya) dengan munculnya nama ARB. Banyak tayangan
tentang ARB , bahkan dalam berbagai versi menghiasi layar televisi di
Indonesia, dan tentu saja di media lain yang terafiliasi dengan media yang ada
dalam Bakrie Group. Bahkan ada lomba disain avatar untuk meningkatkan
elektibilitas Ical di kalangan kawula muda.
Avatar ARB versi Gatot Kaca. Image: ekbis.rmol.co
|
Apakah ada orang dalam team sukses pencapresan Aburizal Bakrie yang khawatir nama Ical akan membawa sial mengingat artinya dalam bahasa Jawa kurang bagus dan tidak enak didengar?
Siapapun yang mengusulkan pergantian nama Ical menjadi ARB ternyata kurang
cerdas, dan tidak terbukti bisa menaikkan popularitas nama ARB. Dari berbagai survey yang
banyak muncul, nama ARB nampaknya sulit untuk bersaing dengan Joko Wi dan “capres”
lainnya.
Masyarakat Jawa, khususnya rakyat Jawa Timur tentu tidak bisa melupakan tragedi lumpur di Sidoarjo, atau dikenal sebagai bencana lumpur Lapindo. Proses ganti rugi kepada korban lumpur ini juga membuat korban selalu sedih karena kehilangan rumah, tempat usaha, bahkan ada pabrik yang tenggelam di sana.
Masyarakat Jawa, khususnya rakyat Jawa Timur tentu tidak bisa melupakan tragedi lumpur di Sidoarjo, atau dikenal sebagai bencana lumpur Lapindo. Proses ganti rugi kepada korban lumpur ini juga membuat korban selalu sedih karena kehilangan rumah, tempat usaha, bahkan ada pabrik yang tenggelam di sana.
Sebenarnya team sukses di partai Golkar tidak perlu pusing dengan membuat
perubahan nama dari Ical menjadi ARB, toh nama Ical juga tidak aneh dan tidak
perlu membuat khawatir berlebihan.
Aburizal Bakrie sebagai salah satu pengusaha terkaya di Indonesia tentu tidak masalah untuk menggelontorkan uang untuk biaya “balik nama” dari Ical ke ARB, berbagai media pun telah dia kuasai, sehingga bebas untuk beriklan di TVOne dan media lainnya. Meskipun gencarnya iklan ARB dan Partai Golkar dicurigai telah mencuri start sebelum Pemilu.
Aburizal Bakrie sebagai salah satu pengusaha terkaya di Indonesia tentu tidak masalah untuk menggelontorkan uang untuk biaya “balik nama” dari Ical ke ARB, berbagai media pun telah dia kuasai, sehingga bebas untuk beriklan di TVOne dan media lainnya. Meskipun gencarnya iklan ARB dan Partai Golkar dicurigai telah mencuri start sebelum Pemilu.
Bisa dikatakan Aburizal Bakrie telah membayar mahal untuk transformasi dari
nama Ical menjadi ARB, apakah bisa kembali modal dengan menjadi Presiden
Indonesia? Hanya Tuhan yang tahu.
Omong-omong, calon lain pun telah beriklan secara langsung maupun dengan
cara halus. Saran: jika anda ingin mencalonkan diri jadi anggota DPR, DPD,
DPRD, walikota, lurah, bupati, gubernur atau presiden negeri ini, anda tidak
perlu “lebay” untuk ganti nama. Reputasi dan kredibilitas atau rekam jejak anda
jauh lebih penting daripada penggantian nama. Masyarakat Indonesia telah lebih
cerdas dari tahun ke tahun. Mereka pasti tahu siapa yang tepat untuk menjadi
pemimpin mereka.
Tahun 2014 sudah datang dan bersiaplah untuk menghadapi hiruk pikuk politik
di tahun politik ini. Ayo kita berdoa supaya proses pemilu 2014 berjalan aman
dan lancar. Semoga Indonesia mendapat pemimpin dan wakil rakyat yang lebih
baik, bukan hanya obral citra diri.
Komentar