RA Kartini di pusaran politik sosial dan hukum
RA Kartini bagai dua sisi mata uang. |
Indonesia juga bangga karena pernah memiliki Megawati Soekarno Putri sebagai presiden wanita pertama di Indonesia. Amerika Serikat yang terkenal karena kebebasan politik dan budaya sampai saat ini belum pernah memiliki presiden wanita, bahkan belum pernah memiliki wakil presiden wanita. Amerika ternyata masih dikuasai laki-laki di bidang politik meskipun ada wakil perempuan di senat dan kongres, tapi belum ada presiden wanita di negeri Paman Sam itu. Mungkinkah Hillary Clinton bisa menggantikan Barack Obama?
Kita nantikan tokoh wanita lain yang nanti berani dan didukung untuk menjadi presiden Indonesia berikutnya atau lebih banyak lagi wanita cerdas dan cinta tanah air untuk menjadi anggota kabinet, bukan hanya anggota DPR.
Megawati Sukarno Putri. Image: seputarnusantara.com |
Kini di Indonesia dalam urusan politik lagi sibuk dengan masalah keterwakilan perempuan di DPR, sehingga semua partai politik pusing harus memasukkan calon legislator perempuan sebanyak 30 persen di daftar calon anggota DPR yang harus diserahkan ke KPU (Komisi Pemilihan Umum). Kabarnya KPU akan menolak jika kuota 30 persen itu tidak bisa dipenuhi oleh partai politik peserta Pemilu 2014. Yang menjadi syarat seharusnya bukan kwantitas melainkan calon anggota DPR yang cerdas, berkwalitas dan punya integritas. Ini menjadi tugas partai untuk menyeleksi dengan baik.
30 persen yang memusingkan
Pemimpin partai politik dan pengurus partai pasti pusing untuk mencari calon anggota DPR perempuan. Mereka mencari jalan pintas (tidak selalu lah) dengan menerima calon legislator dari kalangan pesohor (celebrity) seperti artis sinetron, penyanyi, pemain film dan sebagainya. Masyarakat pun ikut ragu dengan kehadiran mereka, apalagi ada anggota DPR dari kalangan pesohor ini yang mengalami kegaduhan dalam rumah tangga dan ada yang terkena kasus hukum (korupsi), bahkan sudah ada yang kena vonis pengadilan TIPIKOR.
Vena Melinda Image: kopiterakhir.blogspot.com |
Kegaduhan rumah tangga memang bisa dialami oleh siapa saja, namun jika ada anggota DPR (perempuan) menggugat cerai atau digugat cerai, maka masyarakat Indonesia sangat mudah untuk tidak simpati, bahkan mungkin akan menghakimi mereka melalui tayangan infotainmen (gosip) di televisi, media sosial dan media lainnya. Twitter pasti juga dihebohkan dengan kasus perceraian selebriti yang kini masih duduk di DPR.
Tidak perlu ada pemaksaan kehendak untuk memasukkan 30 persen calon anggota legislatif untuk masuk DPR. Tempat berjuang dan mengabdi di negara ini tidak hanya di gedung DPR. Wanita Indonesia bisa berkiprah di lembaga lain seperti pemerintahan, swasta, menjadi pengusaha yang bisa menampung banyak pengangguran (perempuan), daripada mereka jadi TKW yang disiksa di Malaysia dan Arab.
Masalah politik dan hukum
Angelina Sondakh Image: theaustralian.com.au |
Perempuan Indonesia juga masih disibukkan dengan masalah sosial dan ekonomi. Kita masih ingat kasus Aceng yang menceraikan istri barunya hanya dengan SMS. Wanita Indonesia juga menjadi korban poligami. Wanita pasti tidak senang dimadu atau diduakan dalam cinta dan perkawinan. Jika Indonesia ingin maju, pendidikan yang baik dan bermutu juga harus berlaku untuk pria dan wanita. Pemerintah dan swasta juga harus adil dalam melakukan rekrutmen karyawan dan memberikan peluang karir yang sama.
Mari kita nyanyikan lagu Ibu Kita Kartini dengan jujur dan semangat. Selamat Hari Kartini, semoga kaum perempuan Indonesia semakin maju dalam pemikiran, sosial budaya dan ekonomi.
Ayo kita nantikan kiprah wanita Indonesia di era digital ini baik global maupun nasional.
Komentar